Mlebu Warteg Metu Wareg
Banyak nama warteg dengan ciri khas dan cita rasa masing-masing. Sebagai contoh kami mengulik kisah sukses dan keuntungan warteg secara global. Warteg Kharisma Bahari dan Jaya Bahari sebagai contoh dan panutan.-Dok. Disway-
1. Target Pasar yang Luas dan Nyata: Warteg tidak memilih-milih pelanggan. Target pasarnya sangat jelas: pekerja, buruh, mahasiswa, karyawan, dan keluarga menengah ke bawah. Ini adalah segmen pasar yang sangat besar. Selalu ada di setiap sudut kota. Mereka membutuhkan solusi makan yang cepat, mengenyangkan, dan murah.
2. Modal Awal yang Relatif Terjangkau: Dibandingkan dengan membuka restoran atau kafe, modal memulai Warteg jauh lebih kecil. Investasi utama biasanya untuk sewa tempat, peralatan masak (kompor, wajan, panci), etalase display, dan perlengkapan makan.
3. Konsep Operasional yang Sederhana: Sistemnya straightforward: masak, display, dan jual. Tidak ada proses pemesanan yang rumit seperti di restoran ala carte. Proses pelayanan juga cepat. Karena pelanggan langsung memilih sendiri lauknya. Mengurangi waktu tunggu dan tenaga pelayan.
4. Tahan Banting alias Anti-Resesi: Ini keunggulan utama Warteg. Dalam situasi ekonomi sulit sekalipun, orang tetap harus makan. Ketika budget menipis, masyarakat akan beralih. Dari restoran menengah ke tempat makan yang lebih hemat. Seperti Warteg. Bisnis ini justru sering kali semakin laris di kala resesi.
5. Terkontrol dengan Baik: Bahan baku utama Warteg adalah komoditas sehari-hari. Seperti nasi, tempe, tahu, telur, dan sayuran. Dengan pembelian dalam jumlah banyak dan pengelolaan yang baik, food cost dapat ditekan. kunci profitabilitas.
Warteg Jaya Bahari: Filosofi Nama & Kualitas Rasa Makanan
Sama halnya dengan Kharisma Bahari. Pemilihan nama dari warteg itu bukan hanya kiasan kata. Tetapi memiliki makna dan filosofi tersendiri.
Pendiri Warteg Jaya Bahari, Sodikin, memilih nama Jaya bisa diartikan sebagai: kemenangan, kejayaan atau kesuksesan.
Bisa dikaitkan juga dengan keberuntungan dan kehidupan yang penuh keberhasilan.
"Jaya itu 'kan mengandung harapan akan keberhasilan. Nah itu kami terapkan sebagai nama warteg. Agar Warteg kami bisa terus berjaya sampai akhir masa," kata Sodikin kepada Disway.
Uniknya, dari segi font/style huruf Jaya Bahari itu identik dengan melengkung. Ternyata hal tersebut tak sembarang disematkan.
"Itu terinspirasi dari huruf nun (bahasa arab). Nun Wiqayah (atau Nun Washal/Iwad) adalah nun tambahan yang berfungsi menyambung bacaan ketika tanwin bertemu dengan hamzah wasal. Membuatnya seperti nyambung antara dua kata," tuturnya.
Menurut pria 54 tahun ini, arti nyambung itu dapat dimaknai agar Warteg Jaya Bahari terus berkelanjutan.
Memiliki banyak cabang. Terus mengepakkan sayapnya, hingga meluas ke seluruh Indonesia. Sementara bahari memang slogan Kota Tegal.
Warteg Jaya Bahari berdiri tahun 2003. Meskipun sebelumnya sudah menggunakan nama tersebut sejak era warung kaki lima.
Warteg Jaya Bahari sendiri, tak asal membuka cabang. Namun juga mementingkan segi kualitas: tempat hingga rasa masakan--yang cukup menggoyang lidah konsumen.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
