Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Meningkat, Harga Emas Melonjak Naik
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Arjwani menjelaskan bahwa kenaikan ini sendiri juga didorong oleh meningkatnya ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).-Disway/Bianca Chairunisa-
JAKARTA, DISWAY.ID-- Setelah konsisten menguat selama beberapa minggu ini, harga emas dunia pada perdagangan Rabu 15 Oktober 2025 ini terpantau kembali menguat.
Diketahui, harga emas dunia telah kembali menguat hingga menyentuh level USD 4.190 per troy ounce.
BACA JUGA:Ledakan Tabung Gas di Cengkareng: Pasutri Luka Bakar, Tetangga Tertimpa Reruntuhan
BACA JUGA:Riza Chalid Berpotensi Disidangkan In Absentia, Kejagung Masih Fokus Pengejaran
Tidak hanya itu. Dengan kenaikan ini, maka kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Desember 2025 pun juga ikut naik 0,8 persen menjadi USD 4.197,50.
Bahkan, bank of America dan Societe Generale juga turut memperkirakan harga emas bisa mencapai USD 5.000 per ons pada tahun 2026.
Menanggapi kenaikan pesat harga emas ini, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Arjwani menjelaskan bahwa kenaikan ini sendiri juga didorong oleh meningkatnya ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).
“Semakin optimisnya potensi pemangkasan suku bunga the fed (FFR) menjelang keputusan pemangkasan di akhir Oktober 2025, juga mendorong kenaikan harga emas,” jelas Arjun ketika dihubungi oleh Disway, pada Rabu 15 Oktober 2025.
BACA JUGA:Terungkap! Begini Modus Mafia Kayu Ilegal Miliaran Rupiah yang Dibongkar Satgas PKH di Gresik
BACA JUGA:Profil Susie Hatadji, Sosok Tangan Kanan Erick Thohir yang Diduga Punya Kendali di Timnas Indonesia
Sementara itu, Arjun menambahkan, kekhawatiran masyarakat akan kondisi perekonomian global ditengah-tengah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China sendiri juga turut menjadi pendorong utama dibalik melonjak komoditas tersebut.
Diketahui, perang dagang antara AS dan China pun semakin memanas usai China memutuskan untuk membatasi ekspor logam tanah jarang.
Keputusan ini sendiri juga disambut oleh ancaman kenaikan tarif dagang AS ke China oleh Presiden AS, Donald Trump.
“Jelas kenaikan tensi geopolitik seperti kembali munculnya tensi dagang antara AS dan Cina, dimana Trump mengancam Cina dengan tarif baru dan sebaliknya Cina membalas dengan ancaman sendiri,” tutur Arjun.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: