PURBAYA Effect: Kemenperin Akui Industri Tembakau Mulai Membaik Pasca Batalnya Kenaikan Cukai!
Menteri Keuangan RI, Purbaya Yudhi Sadewa-Bianca/Disway.id-
JAKARTA, DISWAY.ID - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kembali turut menyatakan apresiasinya terhadap keputusan Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa untuk tidak menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) tahun 2026.
Pasalnya, keputusan ini dinilai telah sukses menaikkan level Indeks Kepercayaan Industri (IKI) industri tersebut ke level 53,50.
BACA JUGA:Menkeu Purbaya Batalkan Kenaikan Cukai Rokok, Asosiasi Vape Turut Minta Perlindungan
BACA JUGA:Kang Dedi pun Setuju Pemerintah Tak Naikkan Cukai Rokok dan HJE Tahun Depan: Langkah yang Tepat
Menurut Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief, jumlah tersebut diketahui jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan angka pada bulan September 2025 lalu, yang berjumlah sebesar 53,02.
“Industri pengolahan tembakau ini kan adalah industri yang sifatnya seasonal. Seasonal itu jalan industrinya tergantung pada masa panen tembakau kan,” tutur Febri kepada Disway dan awak media lainnya seusai menghadiri agenda perilisan IKI Oktober 2025, yang digelar di kantor Kemenperin, Jakarta, pada Kamis 30 Oktober 2025.
“Dan sekarang kinerja industri pengolahan tembakau ini lebih bagus, ditambah dengan pernyataan pak Purbaya yang menyatakan bahwa tidak akan menaikkan cukai tembakau,” tambahnya.
Lebih lanjut, Febri juga turut menyoroti tindakan Menkeu Purbaya dalam memberantas peredaran rokok ilegal. Menurutnya, hal ini pun juga turut memberikan dampak positif baik bagi industri, maupun untuk masyarakat.
BACA JUGA:Aset Tembus Rp215 Triliun, bank bjb Tunjukkan Kinerja Solid untuk Tumbuh Berkelanjutan
“Barangkali kunjungan dia ke Jawa Timur terkait dengan rokok ilegal, untuk melihat industri pengolahan tembako, terutama peredaran rokoknya,” ucap Febri.
Sementara itu, industri pengolahan tembakau sendiri juga merupakan salah satu dari dua subsektor industri nilai IKI tertinggi, yang hanya disusul dengan industri kertas dan barang (KBLI 17).
Menurut Febri sendiri, dari 23 subsektor industri pengolahan yang dianalisis, terdapat sebanyak 22 subsektor yang mengalami ekspansi, dan 1 subsektor yang mengalami kontraksi.
“Dari 22 subsektor yang ekspansif itu share PDB-nya sebesar 98,8 persen. Jadi yang ekspansif itu hampir di 98 persen dari 22 subsektor industri. Jadi ada satu subsektor industri yang mengalami kontraksi pada bulan Oktober, yaitu industri testing,” jelas Febri.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: