Rusia Blokade Laut Hitam, Pengamat: Putin Ingin Ciptakan Kelaparan dan Kekacauan di Uni Eropa

Rusia Blokade Laut Hitam, Pengamat: Putin Ingin Ciptakan Kelaparan dan Kekacauan di Uni Eropa

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy mengungkapkan bahwa jutaan warga dunia terancam kelaparan setelah Rusia blokade pelabuhan Ukraina di Laut Hitam.-Pixabay/@aamiraimer -Disway.id

JAKARTA, DISWAY.ID - Aksi blokade Laut Hitam yang dilakukan Rusia dianggap untuk menciptakan arus pengungsi sehingga menyebabkan ketidakstabilan di dalam Uni Eropa.

“Rencana kelaparan Presiden Rusia Vladimir Putin dimaksudkan untuk menghasilkan pengungsi dari Afrika Utara dan Timur Tengah, daerah yang biasanya diberi makan oleh Ukraina. Ini akan menghasilkan ketidakstabilan di Uni Eropa,” tulis Profesor sejarah dari Universitas Yale Timothy Synder dalam akun Twitternya, dikutip dari Newsweek, Senin 13 Juni 2022.

Dapat diketahui, perang yang sedang berlangsung telah menyebabkan pelabuhan Laut Hitam di Ukraina ditutup. 

BACA JUGA:KJRI Jeddah: Jemaah Haji Langgar Aturan Bakal Dideportasi

Hal ini mengancam pasokan makanan dan menantang sejumlah negara yang bergantung ke Ukraina, yang merupakan pengekspor biji-bijian terbesar di dunia.

“Jika blokade Rusia berlanjut, puluhan juta ton makanan akan membusuk dalam silo, dan jutaan orang di Afrika dan Asia akan kelaparan sebagai akibatnya,” ujarnya.

Senada, Wakil Gubernur kota Odessa di Ukraina, Ala Stoyanova mengatakan, konsekuensi dari blokade ini akan berdampak pada produk biji-bijian yang menumpuk di pelabuhan Ukraina karena blokade. Hal itu juga memicu kekurangan pangan di seluruh dunia.

“Ini adalah tujuannya, saya pikir, untuk negara-negara miskin ini kelaparan dimulai dari gandum. Ketika dia (Putin) mulai memblokir pelabuhan kami, dengan cara ini dia memeras dunia,” kata Stoyanova.

BACA JUGA:Disdukcapil Kabupaten Tangerang Goes to School, Rekam e-KTP Pelajar Usia 17 Tahun

Pada hari-hari normal, sekitar 3.000 kantainer gandum akan tiba dengan kereta api di Odessa dan pelabuhan Ukraina lainnya, di mana mereka disimpan dalam silo yang luas.

Sementara itu, kata Stoyanova, hampir 276 juta orang di seluruh dunia mengalami kelaparan akut sejak awal tahun ini. 

"Jumlah itu bisa bertambah lagi 47 juta orang lagi, khususnya di Afrika sub-Sahara, jika perang berlanjut," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads