Legalisasi Ganja di Malaysia Dibahas, Kasus Yasin Ikut Disorot
Ilustras: Ganjar -Pixabay/@CBD-Infos-com-
”Sejauh ini, belum ada pengajuan penuh untuk studi/percobaan klinis. Banyak ekspresi ketertarikan, pembicaraan dan advokasi media sosial," sambung Khairy Jamaluddin.
Mantan pemerintahan Pakatan Harapan, yang memerintah dari 2018 hingga 2020, sebelumnya telah memulai diskusi untuk melegalkan ganja untuk perawatan medis.
Pada Oktober tahun lalu, mantan menteri pemuda Syed Saddiq Abdul Rahman memprakarsai kaukus parlemen multi-partai untuk mempelajari masalah tersebut.
Pada bulan November, Khairy mengumumkan bahwa produk yang mengandung ganja yang digunakan untuk tujuan pengobatan dapat diimpor dan digunakan di Malaysia jika produk tersebut sesuai dengan hukum.
Produk yang mengandung ganja harus didaftarkan ke Drug Control Authority, katanya dalam jawaban tertulis parlemen kepada Syed Saddiq yang telah meminta kementeriannya untuk mengklarifikasi posisi Malaysia dalam ganja medis.
Importir juga harus memiliki lisensi dan izin impor, sedangkan penjualan atau pengadaan eceran untuk pengobatan pasien tertentu harus dilakukan oleh dokter atau apoteker yang terdaftar, tambahnya.
Kontroversi Kasus Yasin
Yasin pria berusia 47 tahun ditangkap pada 24 Maret 2022 di rumahnya di Selangor. Ia dicurigai menanam 17 tanaman ganja dan memperdagangkan 214 gram obat tersebut. Dia didakwa pada 31 Maret dan ditolak jaminan.
Pengacara Yasin Yusmadi Yusoff mengatakan terdakwa yang memiliki 200 gram atau lebih ganja dianggap hukum Malaysia sebagai pengedar narkoba.
Yusmadi mengatakan Yasin menderita gangguan bipolar. ”Dia dirawat di rumah sakit pada 2009 dan sejak itu, dia mencari perawatan dari beberapa spesialis," kata Yusmadi kepada The Straits Times.
Sementara kasus Yasin mendapat simpati di antara para penggemarnya, yang lain berpendapat bahwa ganja medis dapat disalahgunakan.
”Ada kekhawatiran bahwa itu dapat menyebabkan lebih banyak kerugian daripada manfaat,” tulis aktivis medis Suhazeli Abdullah, ketua dewan penasihat Organisasi Amal Medis Ibnu Sina Malaysia, sebuah organisasi non-pemerintah, dalam sebuah posting Facebook pada 29 Maret.
Tidak ada cukup bukti untuk mendukung penggunaan mariyuana medis dan ada risiko penyalahgunaannya, katanya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: the straits times