Abel Camara Syok Lihat Sejumlah Aremania Tewas di Ruang Ganti Tim: Kami Lihat 7-8 Orang Akhirnya Meninggal

Abel Camara Syok Lihat Sejumlah Aremania Tewas di Ruang Ganti Tim: Kami Lihat 7-8 Orang Akhirnya Meninggal

Striker Arema FC, Abel Camara bercerita bagaimana kronologi terjadinya tragedi Kanjuruhan yang mengakibatkan sejumlah orang meninggal dunia. Dia bahkan menjadi saksi tewasnya beberapa Aremania di ruang ganti tim.-Foto/Instagram/Abel Camara-

BACA JUGA:Laga Big Match Persib Vs Persija Resmi Ditunda Imbas Tragedi Kanjuruhan, Manajemen Jamin Tiket Aman

"Setelah kami kalah, kami pergi untuk meminta maaf kepada para penggemar. Mereka mulai memanjat pagar, pembatas, lalu kami pergi ke ruang ganti," buka Camara.

Bermula dari sini Tragedi Kajuruhan pun terjadi. Polisi kewalahan melakukan pengamanan stadion karena ribuan penonton memaksa masuk ke lapangan.

Bukan niat merusak fasilitas stadion, melainkan hanya masuk ke lapangan sebagai bentuk kekecewaan karena rekor 23 tahun mereka terpatahkan.

Namun sayangnya, aparat keamanan justru menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton yang diduga hendak melakukan kerusuhan.

BACA JUGA:Tragedi Kanjuruhan, Presiden Madura United: PSSI Harus Bertanggung Jawab

Dari ruang ganti, Camara mengaku mendengar teriakan, tembakan dan orang saling dorong.

“Sejak saat itu kami mulai mendengar teriakan, tembakan, orang saling dorong," aku Camara.

Pecahnya suasana di dalam stadion Kanjuruhan banyak Aremania akhirnya memaksa masuk ke dalam lorong utama stadion untuk menyelamatkan diri dari gas air mata.

Camara mengatakan, official tim membantu orang-orang yang terkena gas air mata masuk ke dalam ruang ganti.

BACA JUGA:Belajar dari Tragedi Kanjuruhan, Mahfudin Nigara: Salut Buat Bonek

Namun nahas, Camara syok melihat langsung sejumlah Aremania tewas di ruang ganti tim usai karena sesak nafas terkena gas air mata.

"Kami menampung orang-orang di dalam ruang ganti yang terkena gas air mata, dan meninggal tepat di depan kami. Kami memiliki sekitar tujuh atau delapan orang yang akhirnya meninggal di ruang ganti," paparnya.

Selama Tragedi Kanjuruhan itu pecah, Camara dan pemain Arema lainnya menunggu hingga 4 jam sebelum akhirnya dapat keluar dan pergi dari Stadion.

Saat semuanya sudah tenang, Camara melihat suasana stadion yang sangat mencengkam, ia menilai bercakan darah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: