Teken MoU, PLN Siap Pasok Kawasan Industri Untuk Pengembangan Green Hydrogen dan Green AmmoniaTeken MoU, PLN Siap Pasok Kawasan Industri Untuk Pengemb

Teken MoU, PLN Siap Pasok Kawasan Industri Untuk Pengembangan Green Hydrogen dan Green AmmoniaTeken MoU, PLN Siap Pasok Kawasan Industri Untuk Pengemb

Penandatanganan MoU antara PLN yang diwakili oleh Direktur Retail dan Niaga PLN, Edi Srimulyanti (kanan) dengan August Global Investment (AGI) GmbH yang diwakili oleh Chairman & CEO AGI, Fadi Krikor (tengah) disaksikan Sekjen Kementerian ESDM, Dadan Kusdi-pln-

Sinergi BUMN dan Swasta ini menjadi bukti bahwa upaya pengurangan emisi global perlu dukungan dan kerja sama semua pihak.

BACA JUGA:Tambah Lagi, Program Sambung Listrik Donasi Pegawai PLN Nyalakan 1.673 Rumah Keluarga Kurang Mampu

BACA JUGA:Di Agenda Asean Minister on Energy Meeting Bali, Booth PLN Tunjukkan Program Unggulan Transisi Energi

"Dunia sedang melihat perubahan besar dalam paradigma energi, di mana fokus beralih dari sumber energi konvensional menuju alternatif yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Indonesia telah membuktikan langkah aktif tersebut lewat kerja sama ini," tegas Darmawan.

Darmawan merinci, nantinya PLN akan memasok kebutuhan listrik pabrik ini hingga 340 Megavolt Ampere (MVA). PLN juga akan memberikan layanan Sertifikat Energi Terbarukan atau Renewable Energy Certificate. 

Dengan demikian, proses produksi dapat diklaim menggunakan listrik terbarukan dan melahirkan hidrogen yang ramah lingkungan atau green hydrogen dan turunan lain dalam bentuk green ammonia

"Kami berharap, project ini mampu mendorong laju pertumbuhan perekonomian hingga menciptakan multiplier effect melalui pengembangan energi masa depan yang ramah lingkungan," kata Darmawan.

Chairman & CEO AGI Fadi Krikor menjelaskan green hydrogen merupakan energi masa depan yang harus segera dikembangkan. 

BACA JUGA:Suzuki XL7 Hybrid Rambah Pasar Global, Sasar 20 Negara Tujuan Ekspor

BACA JUGA:Bus Listrik Resmi Beroperasi di Bandung, 27 Halte Untuk 455 Unit Bus

Indonesia memiliki peta jalan pengembangan hydrogen yang jelas dalam mencapai target NZE. 

Untuk itu, pengembangan ini menjadi hal yang sangat menguntungkan kedua belah pihak.

“Komitmen pemerintah, akses terhadap energi terbarukan, stabilitas ekonomi dan politik di negara ini menjadi pertimbangan kami ketika kami memutuskan bahwa Indonesia adalah tempat yang tepat untuk berinvestasi,” kata Fadi.

Menurut Fadi pihaknya berencana untuk membangun Production Plant Green Hydrogen berkapasitas produksi 35.000 ton per tahun di Indonesia dan membutuhkan lahan 50 ha. 

Adapun biaya investasi pembangunan infrastruktur produksi green hydrogen diperkirakan mencapai USD 400-700 juta, tergantung dari bentuk akhir green hydrogen yang akan ditransportasikan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Close Ads