Menkes Budi Gunadi Lapor, Belanja Obat Dalam Negeri Habis Rp 9,8 Triliun selama 6 Bulan

Menkes Budi Gunadi Lapor, Belanja Obat Dalam Negeri Habis Rp 9,8 Triliun selama 6 Bulan

Menkes Budi Gunadi Sadikin-Boy Slamet-Harian Disway-

JAKARTA, DISWAY.ID- Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin melaporkan bahwa pihaknya telah mengeluarkan dana Rp 9 triliun lebih untuk belanja obat-obatan dalam negeri. 

Dana tersebut digunakan dalam waktu kurang lebih 6 bulan.

Belanja obat dalam negeri naik dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir. 

BACA JUGA:Kesehatan Menko Marves Luhut Binsar Membaik, Ungkap Alasan Pengobatan di Singapura

Hal itu disampaikan Menkes dalam acara peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-59 di Jakarta Convention Center (JCC). 

"Tahun 2020 sekitar 4,5 triliun anggaran dari Kemenkes belanja yang kita beli dalam negeri. Sekarang Kemenkes sudah membeli 9 triliun lebih untuk belanja bahan baku obat dalam waktu 6 bulan," kata Menkes Budi di Jakarta, Kamis 9 November 2023.  

BACA JUGA:Kemenkes : Mayoritas Pasien Cacar Monyet Laki-Laki Mengidap HIV dan Sifilis

Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono menyebut terjadi peningkatan belanja alat kesehatan dalam negeri senilai Rp 9,8 triliun.

Hasil belanja itu tercatat dari bulan Januari sampai Juli 2023. 

“Saat ini jumlah vaksin, bahan baku obat, dan alkes yang diproduksi dalam negeri telah meningkat, Saya mencatat bahwa di tahun 2023 ini kemandirian tersebut sudah mulai berjalan dengan belanja alat kesehatan dalam negeri kita sudah mencapai 9,8 triliun pada tanggal 23 Juli” kata Wakil Menteri Kesehatan Prof. Dante Saksono Harbuwono.

BACA JUGA:Waspada Virus Nipah! Kemenkes Resmi Terbitkan Surat Edaran

Prof Dante menambahkan, pertumbuhan produksi alat kesehatan dan farmasi dalam negeri ini membuat harga lebih murah.

Dengan demikian biaya kesehatan nantinya akan bisa lebih rendah dan terjangkau oleh masyarakat maupun rumah sakit di Indonesia.

Indonesia salah satu pasar farmasi yang berkembang pesat di Asia. Kendati demikian, industri farmasi di Indonesia masih terbatas dalam pengembangan obat baru dan inovatif yang bernilai tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: