Kanapi Subur Dwiyanto Beberkan Rahasia Melonjaknya Pendapatan PLN Batubara Niaga Tembus Rp 6.3 Triliun
PLN Batubara Niaga terus mengembangkan pasarnya dan memasuki 2022 mulai menambahkan pelanggan, di antaranya PLTU Meulaboh 34, PLTU IPP Bengkulu, Kalbar 1, hingga Jeneponto Sulawesi Selatan.-PLN Batubara Niaga -
JAKARTA, DISWAY. ID – Performa PT PLN Batubara Niaga terus menanjak dibawah kepemimpinan Kanapi Subur Dwiyanto sejak 2021 lalu, di mana pendapatannya 2021 mencapai Rp 600 miliar yang terus naik menjadi Rp 2.4 triliun pada 2022 dan tembus Rp 6.3 triliun pada tahun ini.
PLN Batubara yang beroperasi sejak 2019 ini didirikan khusus untuk memasok kebutuhan batubara milik PLN Grup.
Awal berdirinya PLN Barubaru baru mempersiapkan pengiriman ke PLTU IPP Jawa 7 dan tahun berikutnya mulai mengirim pasokan.
BACA JUGA:Praperadilan Firli Bahuri Ditolak, IPW: Prosedur Penyidik Telah Tepat
BACA JUGA:Viral! Penumpang Bus PO Rosalia Indah Kemalingan, iPad Hilang Diganti Buku dan Keramik
Selain ke PLTU IPP Jawa 7, PLN Batubara memasok ke IPP Celukan Bawang di Bali.
Pada Juli 2021, Kanapi Subur Dwiyanto diangkat menjadi direktur utama PT PLN Batubara Niaga.
Performa PT PLN Batubara Niaga terus menanjak dibawah kepemimpinan Kanapi Subur Dwiyanto sejak 2021 lalu. Dokumentasi Pribadi--harian disway-
Kanapi Subur Dwiyanto yang menjadi direktur utama PT PLN Batubara Niaga sejak Juli 2021 mengatakan bahwa pasokan pada 2021 relatif stagnan.
“Hal tersebut karena sepanjang 2021, PLN Batubara Niaga hanya mengirim 800 ribu metric ton batubara ke PLTU IPP Jawa 7, Celukan Bawang dan Mamuju,” terang mantan vice president pengendalian operasi dan kualitas PLN Batubara Niaga seperti dilansir dari Harian Disway.Id.
Menurut Kanapi harusnya bisa lebih banyak lagi, apalagi saat itu kebutuhan batubara untuk pemenuhan kelistrikan umum masih kekurangan.
BACA JUGA:PLN Terapkan Masa Siaga Kelistrikan Nasional di Libur Nataru
BACA JUGA:Tahun Baru 2024 Beli LPG 3 Kg Wajib Terdaftar, Berikut Cara Pendaftarannya
Termasuk cadangan batubara yang sesuai spesifikasi PLTU juga semakin berkurang, yang artinya penyerapan domestic market obligation (DMO) batubara belum optimal.
Kondisi ini dikarenakan spesifikasinya tak memenuhi standar boiler PLTU, di mana kandungan sulfur dan abu di atas batas reject tidak bisa dipakai di PLTU.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: