Suara Caleg PDIP Banyak yang Hilang Karena Kritisi Jokowi, Hasto: Kami Akan Berjuang Membela Kader!
Hasto Kristiyanto saat menjawab pertanyaan awak media di Media Centre TPN Ganjar-Mahfud, Jalan Cemara 19, Menteng, Jakarta Pusat pada Kamis 21 Maret 2024. -Candra Pratama-
JAKARTA, DISWAY.ID - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyampaikan, bahwa pihaknya akan berjuang untuk membela kader-kadernya yang selama ini kritis.
"Secara empiris memang itu betul. Tetapi harus dibuktikan, dan kami akan berjuang untuk membela kader-kader kami yang selama ini kritis dalam menjalankan tugas demokrasinya," tegas Hasto saat menjawab pertanyaan awak media di Media Centre TPN Ganjar-Mahfud, Jakarta Pusat pada Kamis 21 Maret 2024.
Caleg kritis yang dimaksud tersebut seperti Ribka Tjiptaning di Dapil 4 DPR, Masinton Pasaribu di Dapil Jakarta 2, dan juga termasuk Endah Subekti Ketua DPC PDIP Gunung Kidul.
BACA JUGA:Hasil Indonesia vs Vietnam: Gol Semata Wayang Egy Maulana Sukses Benamkan Vietnam di GBK!
BACA JUGA:Portal Pendaftaran UTBK SNBT 2024, Ini Ketentuan Pilih Prodi
Lebih lanjut. Hasto memberikan gambaran ketika Presiden Jokowi ingin melakukan kunjungan kerja ke Yogyakarta.
Tiba-tiba ada operasi dari aparat yang menurunkan bendera PDIP.
"Termasuk Ibu Endah Ketua DPC PDI Perjuangan di Gunung Kidul. Saat pemilu 2019 dia suara banyak. Tiba-tiba ada operasi yang dilakukan secara sistematik hanya karena beliau melakukan keberanian dalam menentang upaya menurunkan bendera-bendera PDI Perjuangan ketika Presiden Jokowi datang ke Gunung Kidul," ungkap Hasto.
BACA JUGA:Tanggapi Usulan Hak Angket Dugaan Kecurangan Pemilu 2024, KIM : Itu Hak DPR
BACA JUGA:BP2MI Benarakan 6 ABK Asal Indonesia Jadi Korban Kapal Tenggelam di Laut Jepang
Dari gambaran tersebut, Pria Alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) itu menilai, bahwa ada upaya-upaya operasi politik untuk menyingkirkan para kader PDIP yang kritis.
Hasto menyebut, jika di DPR tidak ada orang yang kritis, maka di Senayan nanti hanya akan diisi oleh mereka-mereka yang sekedar tunduk kepada kekuatan intimidasi.
"Nantinya bisa bergeser semakin represif yaitu bahaya bagi demokrasi kita," tukasnya. (Candra Pratama)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: