Waspada! Nigeria Dilanda Demam Lassa, Sudah Ada di Indonesia?

Waspada! Nigeria Dilanda Demam Lassa, Sudah Ada di Indonesia?

Gejala Demam pada anak bisa jadi DBD--Freepik

Di Indonesia sendiri, Nadia mengungkapkan bahwa demam lassa masih belum ditemukan sejak pertama terjadi di Afrika Barat pada 1969 silam.

Kendati demikian, balai karantina terus melakukan screening gejala demam yang diduga adalah demam lassa.

"Bila ada WNI yang pulang dari daerah Afrika Barat maupun ke Afrika Barat diberikan informasi untuk berhati-hati," ujar Nadia.

Ia mewanti-wanti kontak langsung air seni dan kotoran tikus mastomys ini yang menjadi penyebab penularan.

Begitu pula dengan kotoran dan benda lain yang tercemar dengan air seni tikus.

"Jadi menjaga higiene dan sanitasi  pribadi, menggunakan alas kaki, dan pastikan tidak mendekati orang yang sedang sakit," tuturnya.

Terlebih, penyakit ini berisiko menular pada semua rentang usia.

BACA JUGA:Anak Kedua Positif Demam Berdarah, Aldi Taher: Qodarullah

Dikutip dari laman resmi Kemenkes, Demam Lassa merupakan penyakit zoonosis, yang berarti bahwa manusia terinfeksi dari kontak dengan hewan yang terinfeksi.

Host atau reservoir dari virus Lassa adalah hewan dari genus Mastomys, spesies Mastomys natalensis umumnya dikenal sebagai tikus multimammate.

Tikus Mastomys yang terinfeksi dengan virus Lassa tidak menjadi sakit, tetapi mereka dapat menularkan virus dalam urin dan tinja mereka.

Virus penyebab penyakit demam berdarah lassa adalah Lassa Virus (LASV)/ Virus Lassa yang merupakan golongan arbovirus dengan genus arenavirus dan family arenaviridae.

Virus ini merupakan jenis virus demam berdarah (Viral Hemorrhagic Fever/VHF) pada primata.

Virus lassa merupakan virus RNA yang berantai tunggal dan ditemukan sekitar 30 tahun lalu.

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads