Efek Pandemi Covid-19, BPS Ungkap Kelas Menengah Banyak yang Menjadi Aspiring Middle Class
PLT. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti saat mengawali Press Conference BPS tentang kondisi menengah di indonesia.--Instagram bps_statistics
JAKARTA, DISWAY.ID - Dilansir dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS yang diolah oleh Bank Mandiri pada Juli 2024, jumlah persentase kelas menengah kini menurun drastis.
Dalam data tersebut, jumlah kelas menengah dalam struktur penduduk Indonesia pada tahun 2023 kini turun menjadi 17,44 persen.
BACA JUGA:Pembelian BBM Subsidi Akan Dibatasi Awal September, Ekonom INDEF: Bakal Terjadi Inflasi
BACA JUGA:Pemerintahan Jokowi Tinggalkan Warisan Utang Fantastis, Ekonom INDEF: Beban Pemerintahan Prabowo
Jumlah tersebut turun jauh jika dibandingkan dengan jumlah proporsi pada tahun 2019 yang mencapai 21,45 persen.
Sementara itu menurut Badan Pusat Statistik juga, tercatat bahwa selama lima tahun terakhir ini jumlah kelas menengah terus turun diiringi oleh jumlah masyarakat rentan miskin yang naik. Pergeseran ini mengindikasikan turunnya banyak kelas menengah ke level ekonomi yang lebih rendah.
Menurut keterangan Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar, penurunan jumlah kelas menengah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah karena pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia pada tahun 2020-2022 lalu.
"Setelah pandemi, jumlah penduduk jadi menurun secara bertahap. Jadi ada covid buat perekonomian," jelas Amalia dalam keterangan tertulis resminya pada Sabtu 31 Agustus 2024.
BACA JUGA:Sulitnya Indonesia Menjadi Negara Maju, BPS Ungkap Faktor Kemiskinan
Melanjutkan, Amalia juga menambahkan bahwa saat ini terdapat fenomena dimana kelas menengah turun menjadi menuju kelas menengah, atau yang juga dikenal sebagai aspiring-middle class.
"Kelas menengah jadi turun ke aspiring-middle class, makanya jumlah aspiring-middle class meningkat saat ini," ujar Amalia.
Menanggapi situasi ini, Ekonom Senior Tauhid Ahmad dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyatakan bahwa harus ada solusi dari Pemerintah terkait dengan situasi tersebut. Menurutnya, apabila hal ini terus dibiarkan, maka akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Kalau kelas menengah semakin turun berarti tingkat konsumsinya turun. Kalau konsumsi turun, maka tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi semakin berat, ini yang menjadi problem," ujar Tauhid ketika dihubungi oleh Disway pada Sabtu 31 Agustus 2024.
BACA JUGA:BPS: Inflasi Pangan Terpantau Stabil di Bulan April, Hasil Kerja Keras Seluruh Stakeholder Pangan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: