Pentingnya Teknologi Nuklir untuk Penanganan Kanker, Tapi Dokter Spesialis Masih Langka

Pentingnya Teknologi Nuklir untuk Penanganan Kanker, Tapi Dokter Spesialis Masih Langka

Penandatanganan MoU Siloam Hospital dan Antoni van Leeuwenhoek.-ist-

JAKARTA, DISWAY.ID-- Teknologi nuklir saat ini banyak dimanfaatkan dalam penanganan pasien kanker, mulai dari diagnosis hingga terapi.

Namun demikian, saat ini Indonesia dihadapkan dengan sejumlah tantangan di bidang kedokteran nuklir.

"Salah satunya adalah terbatasnya peralatan canggih. Di Indonesia, hanya ada beberapa rumah sakit yang dilengkapi dengan teknologi kedokteran nuklir yang canggih seperti pemindai PET-CT dan cyclotron," ungkap Network Managing Director Siloam Hospitals Group Hendy Widjaja pada penandatanganan MoU dengan The Netherlands Cancer Institute di Tangerang, 9 September 2024.

BACA JUGA:5 PTN yang Buka Jalur Mandiri Jurusan Kedokteran dengan UKT di Bawah Rp20 Juta, Mana Saja?

Selain itu, kurangnya tenaga ahli profesional di bidang kedokteran nuklir di Indonesia.

"Indonesia mengalami kekurangan tenaga ahli kedokteran nuklir. Saat ini hanya ada kurang dari 70 dokter spesialis kedokteran nuklir di Indonesia," tambahnya.

Sayangnya, para ahli tersebut masih terkonsentrasi di kota-kota besar, sehingga kekurangan ini membatasi ketersediaan layanan secara nasional dan menghambat perluasan kedokteran nuklir di daerah-daerah terpencil.

Oleh karena itu, pihaknya menggandeng The Netherlands Cancer Institute yang merupakan 10 besar dunia pusat kanker komprehensif terbaik di Eropa serta peringkat 63 rumah sakit onkologi di seluruh dunia.

Menurut Hendy, kemitraan sangat penting untuk melengkapi kekosongan dan kebutuhan dalam menghadapi tantangan di bidang kedokteran nuklir Indonesia.

BACA JUGA:BAPETEN RI Siap Kawal World Water For ke 10 dari Ancaman Radioaktif dan Nuklir

Di samping itu, Nuclear Medicine Physician, Netherlands Cancer Institute – Antoni van Leeuwenhoek Hospital Dr. Marcel PM Stokkel, MD, PhD menekankan pentingnya teknologi nuklir dalam penanganan kanker sejak dari diagnosis, pengobatan, serta terapi.

"Jadi kita harus mencari penyembuhan yang terbaik untuk setiap pasien kanker. Dan bagaimana kita mengatur itu? Kita harus menyadari bahwa setiap kanker yang ditangani di rumah sakit kami memiliki tim multidisiplin. Jadi untuk kanker perut, kanker prostat, kanker kolorektal, ada grup spesial untuk metastasis perut."

Setiap jenis kanker tersebut memiliki tim multidisiplin, sehingga dapat dikatakan sekitar 25-30 orang dalam tim bekerja setiap minggu. Begitu pula di Siloam MRCCC.

Sedangkan di Indonesia sendiri, pelatihan untuk para tenaga medis di bidang nuklir ini masih sangat langka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: