Diperingati Tiap 28 September, Inilah Sejarah Hari Rabies Sedunia
Prof. Dr. MAKSUM RADJI, M.Biomed, Apt. - Ahli Mikrobiologi-Dok. Universitas Esa Unggul-
Rabies seringkali ditularkan melalui gigitan anjing. Namun, hewan mamalia lainnya seperti kucing, kera, kelelawar, serigala, rubah dan tupai juga dapat terinfeksi virus rabies yang dapat menularkannya pada manusia.
Patogenesis virus rabies ini terdiri dari 2 fase yaitu fase inkubasi dan fase masuknya virus ke dalam otak.
Virus rabies yang masuk ke dalam tubuh penderita melalui luka gigitan atau cakaran hewan terinfeksi, akan bereplikasi dalam jaringan otot di daerah luka.
Pada fase ini micro-ribonucleic acid endogen otot akan terikat pada proses transkripsi genom virus dan membatasi sintesis protein virus sedemikian rupa sehingga virus rabies ini tidak terdeteksi oleh antigen-presenting cells (APC) pada sistem kekebalan tubuh, sehingga virus rabies dapat bereplikasi dengan cepat.
Virus rabies ini kemudian terikat pada motor neuron junctions pada reseptor asetilkolin nikotinik sehingga mempengaruhi kinerja dari sistem saraf motorik.
BACA JUGA:Penyebab, Gejala dan Cara Mencegah Penyakit Rabies
Selanjutnya, virus secara cepat masuk melewati akson motorik dan sinaps kimia menuju ganglia dan radiks neuron dan masuk ke dalam ganglion spinalis, sehingga akhirnya dapat mengakibatkan kerusakan sistem saraf.
Selama masa inkubasi virus rabies yang umumnya berlangsung selama 2-3 bulan, belum menunjukkan gejala penyakit.
Pada masa inkubasi ini virus rabies tidak terdeteksi oleh sistem imun, sehingga tidak menimbulkan respon antibodi.
Fase selanjutnya adalah masuknya virus rabies ke dalam sel otak. Setelah virus mencapai sistem saraf pusat, virus akan melakukan replikasi dengan cepat dan menyebar luas melalui reseptor-reseptor asetilkolin nikotinik di otak.
Multiplikasi virus di dalam ganglion akan memunculkan gejala awal berupa nyeri dan parestesia.
Selanjutnya, virus akan menyebar dari sistem saraf pusat ke organ tubuh lainnya, sehingga berakibat fatal karena terjadi blokade neurotransmiter menyeluruh dan disfungsi neurologi yang luas.
BACA JUGA:Kasus Rabies Meningkat, Pemerintah Siapkan Vaksin untuk HPR
Berdasarkan berbagai penelitian menunjukkan bahwa terikatnya virus pada reseptor neurotransmiter asetilkolin menyebabkan efek yang bersifat neurotoksik pada sel-sel saraf, terutama pada sistem sarap pusat.
Gejala Klinis
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: