Diperingati Tiap 28 September, Inilah Sejarah Hari Rabies Sedunia

Diperingati Tiap 28 September, Inilah Sejarah Hari Rabies Sedunia

Prof. Dr. MAKSUM RADJI, M.Biomed, Apt. - Ahli Mikrobiologi-Dok. Universitas Esa Unggul-

Gejala klinik penyakit rabies umumnya muncul pada 20-90 hari setelah penderita tergigit hewan yang terinfeksi virus rabies.

Gejala awal biasanya mirip dengan flu biasa, termasuk demam, sakit kepala, dan kelelahan.

Tahap berikutnya disebut dengan fase prodromal berupa gangguan perilaku berupa gelisah atau kecemasan, gatal-gatal atau rasa terbakar pada tempat gigitan.

Setelah itu pengidap penyakit akan memasuki fase akut, dimana pada fase ini akan terjadi kesulitan menelan, kejang, gelisah, insomnia, dan paralisis otot yang progresif.

Tahap selanjutnya adalah fase terminal, dimana pasien akan kehilangan kesadaran dan koma, gagal pernapasan.

Setelah gejala lanjutan muncul, penyakit rabies biasanya sudah tergolong fatal dan membuat pasien kehilangan kesadaran, serta berujung pada kematian. Kematian biasanya terjadi dari hari ke-4 hingga hari ke-7 setelah koma mulai berlangsung.

Metode deteksi virus rabies

Diagnosis laboratorium yang cepat dan akurat terhadap virus rabies pada manusia dan hewan sangat penting guna pemberian perawatan medis yang tepat waktu, atau pemberian terapi profilaksis pasca pajanan (postexposure prophylaxis)

Melansir laman https://www.who-rabies-bulletin.org uji diagnostik utama yang direkomendasikan oleh WHO sebagai standar emas adalah fluorescent antibody test (FAT).

Tes ini didasarkan pada deteksi antigen untuk diagnosis rabies. Spesimen yang diambil dari pasien direaksikan dengan serum antirabies atau globulin yang dilabel dengan senyawa fluorescein isothiocyanate (FITC).

Agregat spesifik antigen virus rabies dideteksi fluoresensinya menggunakan mikroskop fluoresensi. Metode deteksi ini akurat, sensitif dan cepat.

Selain itu, telah dikembangkan metode uji menggunakan teknik reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) yang juga dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan materi genetik virus rabies.

Metode lainnya yang juga digunakan adalah Imunohistokimia. Metode ini sensitif dan spesifik untuk mendeteksi antigen virus rabies dalam jaringan.

Antigen virus rabies dideteksi menggunakan antibodi monoklonal atau poliklonal antirabies yang spesifik. 

Pengujian Imunohistokimia ini lebih sensitif dan spesifik daripada metode pewarnaan histologis, seperti hematoksilin dan eosin dan pewarnaan Sellers.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: