Fenomena Familicide: Pembunuhan Massal Berkedok Bunuh Diri Sekeluarga yang Terjadi di Tangsel dan Kediri

Fenomena Familicide: Pembunuhan Massal Berkedok Bunuh Diri Sekeluarga yang Terjadi di Tangsel dan Kediri

Komisioner KPAI Diyah Puspitarini -Dok.KPAI-

Menurutnya, ketidakmampuan mengatasi tekanan ekonomi menyebabkan pelaku merasa putus asa, bahkan memilih mengakhiri hidup bersama anggota keluarganya.

Lebih lanjut, hilangnya kontrol atas kestabilan ekonomi rumah tangga membuat individu merasa kehilangan identitas, harga diri, dan kemampuan untuk memenuhi ekspektasi sebagai "pemimpin keluarga".

BACA JUGA:KPK Sita Barang Bukti dari Gedung Bank Indonesia, Dugaan Korupsi Dana CSR

BACA JUGA:Keren! Universitas Esa Unggul Naik Peringkat di UI Greenmetric 2024

"Situasi ini menciptakan rasa putus asa yang mendalam, sehingga pelaku cenderung berpikir bahwa satu-satunya solusi adalah mengakhiri hidup bersama anggota keluarga," tuturnya.

Diyah menambahkan, pemicu utama familicide pada banyak kasus adalah terjerat pinjol.

"Beban bunga tinggi, penagihan agresif, dan intimidasi yang dilakukan oleh pihak pinjol mendorong kepala keluarga ke titik terendah," paparnya.

Tak hanya itu, Diyah menyebut faktor ekonomi dan emosional turut berperan besar dalam melahirkan tindakan nekat ini, seperti depresi, perasaan gagal, dan ketidakmampuan untuk mencari bantuan menjadi pemicu bertambahnya risiko.

"Yang paling menyedihkan dari fenomena familicide adalah anak-anak yang turut menjadi korban. Mereka tidak memiliki daya untuk melawan dominasi orang tua, apalagi jika usianya masih sangat muda," lanjutnya.

BACA JUGA:Anggota Komisi III DPR RI Heran Polisi Lamban Tangani Kasus Penganiayaan Anak Bos Toko Roti: No Viral No Justice!

BACA JUGA:Meski Ketua KPK Baru Sudah Dilantik, Pimpinan Lama Masih Bertugas hingga 20 Desember

Seperti halnya kasus tragis akan yang ditemukan tergantung di Cirendeu yang menjadi bukti nyata bagaimana anak dipaksa untuk ikut serta dalam keputusan ekstrem orang tua.

"Pada anak-anak usia remaja, terkadang ada upaya perlawanan, tetapi dominasi fisik dan psikologis dari orang tua membuat usaha tersebut jarang berhasil."

Oleh karena itu, Diyah menegaskan pentingnya perhatian pemerintah, penegak hukum, masyarakat, dan keluarga besar dalam mencegah peristiwa serupa.

"Semua pihak harus bergerak bersama untuk memastikan keluarga yang tengah mengalami kesulitan tidak merasa sendirian dan menemukan solusi yang lebih manusiawi," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads