bannerdiswayaward

Tarif Impor AS Turun 19 Persen, Kadin: Dongkrak Nilai Ekspor dan Industri Bernilai Tambah ke Pasar Global

Tarif Impor AS Turun 19 Persen, Kadin: Dongkrak Nilai Ekspor dan Industri Bernilai Tambah ke Pasar Global

Kadin Indonesia dan Kadin Prancis mengadakan pertemuan dalam acara Movement de Enterprises de France International (Medef) di Paris, Prancis, Selasa 15 Juli 2025. Pertemuan itu membahas peluang bisnis Indonesia dan Prancis.-disway.id/tri broto-

PARIS, DISWAY.ID- Penurunan tarif impor Amerika Serikat (AS) terhadap barang-barang dari Indonesia dari 32 persen menjadi 19 persen disambut positif oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Langkah ini dianggap sebagai peluang strategis untuk mendongkrak nilai ekspor Indonesia sekaligus memperluas pangsa pasar industri dalam negeri di kancah global.

Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, menyampaikan bahwa capaian ini merupakan hasil dari diplomasi ekonomi yang kuat, dipimpin langsung oleh Presiden RI Prabowo Subianto dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Keduanya dianggap sukses menegosiasikan kebijakan dagang yang lebih menguntungkan di tengah ketegangan neraca perdagangan antara kedua negara. "Kita apresiasi kerja keras pemerintah. Tadinya tarif bisa 32 persen, berhasil turun menjadi 19 persen. Ini bukan angka ideal, tapi jauh lebih baik dan kompetitif dibandingkan negara lain seperti Meksiko (35 persen) atau China (30 persen)," ujar Anindya dalam kunjungan bisnisnya di Paris, Rabu 16 Juli 2025.

BACA JUGA:Sambut Baik Tarif Impor 19 Persen, Kadin Indonesia : Siap Genjot Ekspor Hingga Dua Kali Lipat

Indonesia saat ini mencatat surplus perdagangan dengan AS sekitar 18 miliar dolar AS, menjadikannya target kebijakan netralisasi defisit dagang oleh Presiden Trump. Meski demikian, menurut Anindya, posisi Indonesia masih cukup diuntungkan, terutama jika mampu memanfaatkan peluang peningkatan ekspor produk bernilai tambah.

"Tarif baru ini memberi ruang bagi industri kita untuk lebih agresif menembus pasar AS. Komoditas seperti tekstil, garmen, alas kaki, hingga elektronik bisa menjadi andalan," jelasnya.

Anindya memproyeksikan nilai perdagangan bilateral dapat meningkat dari 40 miliar dolar AS menjadi 80 miliar dolar AS dalam lima tahun ke depan.

Tak hanya itu, Anindya menyoroti pentingnya peningkatan nilai tambah melalui pengolahan bahan baku. AS selama ini mengekspor komoditas mentah seperti gandum dan kapas ke Indonesia, yang kemudian diolah menjadi produk industri siap ekspor.

Strategi ini, menurutnya, bisa mendongkrak kinerja industri dalam negeri dan menyerap lebih banyak tenaga kerja. "Kita harus dorong investasi untuk meningkatkan kapasitas produksi nasional. Jangan hanya ekspor mentah, tapi juga harus ada hilirisasi," katanya.

BACA JUGA:Kadin Hadirkan GEO di Paris, Ini Harapan Anindya untuk Hubungan Ekonomi Indonesia-Prancis

Kadin pun berencana merumuskan arah kebijakan industri, khususnya sektor tekstil dan produk tekstil (TPT), guna menyambut peluang yang terbuka lebar ini. Perumusan strategi tersebut akan melibatkan pelaku usaha dari hulu hingga hilir untuk memastikan kesiapan dalam memenuhi lonjakan permintaan ekspor.

IEU-CEPA Sebagai Diversifikasi Pasar

Di sisi lain, Anindya juga menyoroti perlunya diversifikasi pasar. Selain AS, Indonesia tengah mempersiapkan finalisasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (IEU-CEPA) dengan Uni Eropa yang ditargetkan rampung pada September 2025.

Nilai impor tahunan Uni Eropa yang mencapai US$7 triliun dinilai sebagai potensi besar bagi ekspor nasional.

BACA JUGA:Ketum Kadin Anindya Bakrie Yakin Kesepakatan Indonesia-EU CEPA Akan Mendongkrak Nilai Perdagangan

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads