Mengenal Teknologi Endoskopi dan Bedah Robotik di Siloam Digestive Summit 2025, Harapan Baru untuk Penyakit Pencernaan
Dalam Siloam Digestive Summit 2025 yang digelar di Jakarta, para ahli digestif nasional dan internasional membahas terobosan penting di dunia gastroenterologi, termasuk endoskopi minimal invasif dan bedah robotik yang kini semakin banyak digunakan untuk m--Istimewa
JAKARTA, DISWAY.ID - Penyakit pencernaan masih menjadi salah satu tantangan kesehatan utama di Indonesia.
Gejalanya kerap datang diam-diam—mulai dari nyeri perut yang berulang, kembung, hingga gangguan buang air—sering kali diabaikan atau disalahartikan.
Tak jarang, pasien baru mencari pertolongan ketika penyakit sudah memasuki tahap serius.
Di sinilah peran teknologi medis terbaru sangat berarti.
Dalam Siloam Digestive Summit 2025 yang digelar di Jakarta, para ahli digestif nasional dan internasional membahas terobosan penting di dunia gastroenterologi, termasuk endoskopi minimal invasif dan bedah robotik yang kini semakin banyak digunakan untuk menangani berbagai penyakit saluran cerna.
BACA JUGA:Usus Jadi Otak Kedua, Bunda Wajib Tahu Cara Pilih Susu yang Tepat Demi Kesehatan Pencernaan Anak
Apa Itu Endoscopic Ultrasound (EUS)?
Salah satu teknologi yang mendapat sorotan adalah Endoscopic Ultrasound (EUS).
Berbeda dari endoskopi biasa, EUS dilengkapi dengan ultrasonografi di ujung alatnya, memungkinkan dokter melihat detail struktur organ di saluran pencernaan dengan sangat jelas.
Menurut dr. Hasan Maulahela, SpPD-KGEH, “Metode EUS memungkinkan diagnosis lebih cepat dan akurat. Bahkan, tindakan intervensi bisa dilakukan lebih dini dengan risiko komplikasi yang jauh lebih rendah.”
Bagi pasien, ini berarti kemungkinan deteksi penyakit lebih awal—mulai dari kanker pankreas, batu empedu, hingga tumor jinak—sehingga peluang kesembuhan pun meningkat.
BACA JUGA:Stres karena Anabul Punya Masalah Pencernaan atau Berat Badan? Temukan Solusinya!
Bedah Robotik: Minim Luka, Akurasi Tinggi
Kemajuan lain datang dari bedah robotik.
Teknologi ini memungkinkan dokter melakukan operasi pada area yang sangat kompleks, seperti hati dan pankreas, dengan sayatan minimal.
Hasilnya? Proses pemulihan lebih cepat, rasa nyeri pascaoperasi lebih ringan, dan risiko komplikasi lebih kecil.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: