BPS Klaim Angka Kemiskinan Cuma 23 Juta, Bank Dunia Bilang 194 Juta Orang Miskin, Data Pemerintah Diragukan?
Angka ini delapan kali lipat dari data resmi pemerintah, memicu tanda tanya besar: mana yang benar?-Istimewa-
JAKARTA, DISWAY.ID — Publik dibuat bingung dengan data kemiskinan terbaru.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan resmi Jumat, 25 Juli 2025, bahwa jumlah penduduk miskin per Maret 2025 turun menjadi 23,85 juta jiwa atau 8,74 persen dari total populasi.
Penurunan ini disebut 0,1 persen poin dari September 2024.
Namun di sisi lain, Bank Dunia melaporkan 68,2 persen penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan internasional—sekitar 194 juta orang.
Angka ini delapan kali lipat dari data resmi pemerintah, memicu tanda tanya besar: mana yang benar?
BACA JUGA:Rano Minta Program Penanggulangan Kemiskinan di Jakarta Fokus pada Kelompok Rentan
CELIOS: Data BPS Tidak Realistis
Perbedaan tajam ini menjadi sorotan Center of Economic and Law Studies (CELIOS). Direktur Kebijakan Publik CELIOS, Media Wahyudi Askar, menilai angka BPS tidak realistis dan bisa menyesatkan kebijakan negara, terutama dalam penyusunan RAPBN 2026.
“Dengan data kemiskinan yang terlihat rendah, kebijakan perlindungan sosial bisa tidak meningkat signifikan. Ini sangat berbahaya,” ujarnya.
CELIOS menilai perbedaan terjadi karena definisi kemiskinan pemerintah terlalu sempit, hanya berdasar pengeluaran per kapita.
Padahal, realitas harga pangan dan biaya hidup terus melonjak, membuat garis kemiskinan BPS dianggap tidak relevan.
BACA JUGA:Pramono Sebut Angka Kemiskinan di Jakarta Secara Year on Year Justru Turun
Garis Kemiskinan Rp 20 Ribuan Sehari
BPS menetapkan garis kemiskinan Maret 2025 sebesar Rp 609.160 per kapita per bulan, setara Rp 20.305 per hari.
Kota: Rp 629.561 per kapita/bulan
Desa: Rp 580.349 per kapita/bulan
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
