Anak-anak di Gaza Pingsan karena Kelaparan Seiring Meningkatnya Malnutrisi
Anak itu terkulai di pelukan ibunya, tubuhnya hancur akibat malnutrisi berat--BBC
Rasa lapar berkurang, tapi tubuh mulai menghemat energi: detak jantung dan tekanan darah turun, hormon penting untuk pertumbuhan dan reproduksi diturunkan.
Akhirnya, setelah cadangan lemak habis, tubuh mulai mengurai protein dari otot.
Kulit menjadi tipis, mata cekung, rambut rapuh, dan muncul pembengkakan di kaki atau perut akibat kekurangan protein.
Pada fase terakhir, bahkan otot jantung ikut terkikis. Sistem imun melemah, membuat tubuh tidak mampu melawan infeksi.
Kematian sering terjadi akibat infeksi ringan atau gangguan irama jantung.
BACA JUGA:Akhirnya Bantuan Masuk Gaza Lewat Rafah, Hamas Sindir Israel: Bantuan Udara Itu Hanya Propaganda
UNICEF memperkirakan 12,2 juta anak di seluruh dunia mengalami malnutrisi parah, dengan Asia Selatan sebagai kawasan paling terdampak.
Anak-anak dengan malnutrisi berat bisa meninggal hanya dalam seminggu tanpa makanan, terutama jika terserang infeksi.
Gejala awal sering tak mencolok: mudah rewel, demam ringan, lalu tiba-tiba pingsan.
“Sering kami mendengar cerita seperti ini dari seorang ibu: ‘Anak saya rewel dan demam. Saya bawa ke dokter, dan dua jam kemudian dia meninggal,’” kata Dr. Kevin Stephenson, pakar malnutrisi dari Washington University.
Dalam kondisi parah, anak-anak bahkan kehilangan kemampuan menelan karena otot rahang melemah dan refleks menelan terganggu.
Ketika otak tak lagi mengirim sinyal lapar, tubuh sudah berada di ambang kegagalan total.
Ironisnya, solusi untuk kelaparan bukanlah teka-teki rumit.
“Perawatan untuk malnutrisi berat sangat sederhana: makanan dan air,” tegas Stephenson.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: