bannerdiswayaward

Kemenag Usung Kurikulum Berbasis Cinta, Berikut Implementasinya

Kemenag Usung Kurikulum Berbasis Cinta, Berikut Implementasinya

Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar, memantau cek kesehatan gratis (CKG) di Pondok Pesantren (Ponpes) Asshiddiqiyah, Kedoya, Jakarta Barat, Senin, 4 Agustus 2025.--Candra Pratama

JAKARTA, DISWAY.ID-- Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) resmi memperkenalkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), sebuah inisiatif revolusioner untuk mentransformasi pendidikan Islam di madrasah dan perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKI).

Kurikulum ini, yang diresmikan melalui Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 6077 Tahun 2025, bertujuan mencetak generasi yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga kaya akan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan kepedulian terhadap lingkungan.

Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, memaparkan visi KBC dalam acara Koordinasi Finalisasi Naskah Kurikulum Berbasis Cinta untuk PTKI yang diselenggarakan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Ditjen Pendidikan Islam, di Jakarta, pada 13 Agustus 2025.

BACA JUGA:Nasib Sudewo Pasca Didemo, Gerindra Beri Peringatan, KPK Bidik Namanya

Dalam sambutannya, Menag menegaskan bahwa KBC berlandaskan Panca Cinta, yaitu:

  1. Cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai fondasi spiritual yang mengarahkan cinta kepada ciptaan-Nya.
  2. Cinta kepada sesama manusia, menekankan empati, saling menghargai, dan kebhinekaan.
  3. Cinta kepada hewan, mendorong perlindungan terhadap makhluk hidup.
  4. Cinta kepada tumbuhan, menanamkan kesadaran akan pelestarian flora.
  5. Cinta kepada alam semesta, mengajak menjaga keseimbangan ekosistem.

“Cinta kepada Tuhan adalah landasan utama. Dari situ, lahir cinta kepada manusia, hewan, tumbuhan, dan seluruh alam semesta. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna, diciptakan bukan untuk bermusuhan, tetapi untuk saling menyayangi,” ujar Nasaruddin Umar.

Ia menambahkan, “Allah menciptakan ekosistem sebagai satu kesatuan yang saling bergantung. Tidak ada ciptaan yang hadir tanpa alasan.”

Mengatasi Tantangan Global melalui Pendidikan Berbasis Cinta

KBC hadir sebagai respons terhadap tantangan global seperti dehumanisasi, intoleransi, diskriminasi, dan kerusakan lingkungan.

Menag menyoroti bahwa pendidikan konvensional sering kali terlalu fokus pada aspek kognitif, mengabaikan pembentukan karakter dan spiritualitas.

BACA JUGA:KPK Geledah 2 Lokasi Terkait Dugaan Korupsi Kuota Haji di Kemenag, Sejumlah Barbuk Diamankan

“KBC mengintegrasikan nilai-nilai cinta sebagai ruh pendidikan, menciptakan lingkungan belajar yang ramah anak, inklusif, dan berlandaskan kasih sayang,” jelasnya.

Menag juga menekankan pentingnya keberagaman agama dalam kerangka KBC.

“Meski berbeda secara kuantitas, semua agama pada hakikatnya mengandung nilai inti yang sama: cinta. Jika dipahami mendalam, semua agama bermuara pada satu hal, yaitu cinta,” imbuhnya.

Implementasi KBC di Madrasah dan PTKI

KBC diterapkan di seluruh jenjang pendidikan madrasah, mulai dari Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), hingga Madrasah Aliyah (MA/MAK), serta PTKI, baik negeri maupun swasta. Kurikulum ini mencakup kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, dengan pendekatan Appreciative Inquiry yang meliputi empat tahap yaitu Discovery, Dream, Design, dan Destiny.

Strategi Penerapan

  1. Intrakurikuler: Nilai Panca Cinta diintegrasikan dalam mata pelajaran seperti PAI (mengajarkan kasih sayang dalam ajaran agama), IPA (mempelajari ekosistem melalui praktik menanam pohon), dan PKn (menanamkan kebhinekaan).
  2. Kokurikuler: Kegiatan proyek seperti bakti sosial, kampanye lingkungan, atau pelestarian satwa.
  3. Ekstrakurikuler: Kegiatan seperti pramuka, seni, atau klub lingkungan untuk memperkuat nilai-nilai cinta.

BACA JUGA:Merdeka Pendidikan: Mimpi Panjang yang Mulai Nyata

Tahapan Pelaksanaan

  • Sosialisasi: Dilakukan melalui spanduk berukuran minimal 3x1 meter dengan tagline “Mewujudkan Cinta dalam Ruh Pendidikan,” media visual, dan pelatihan daring via platform MOOC PINTAR.
  • Pelatihan: Pra-Pelatihan Fasilitator (ToF) digelar pada 7–10 Agustus 2025 di Peacesantren Welas Asih untuk menyiapkan guru dan pengawas.
  • Penerapan Bertahap: Dimulai pada tahun ajaran 2025/2026 di 12 madrasah percontohan, dengan evaluasi melalui program MAGIS.
  • Monitoring dan Evaluasi: Melibatkan Kemenag, pengawas madrasah, dan komite masyarakat untuk memastikan integrasi nilai-nilai KBC.

Indikator Keberhasilan

  • Madrasah Ramah Anak: Bebas dari kekerasan fisik, psikis, bullying, dan diskriminasi.
  • Kesejahteraan Mental dan Spiritual: Siswa memiliki keterampilan sosial dan emosional (SEL) yang kuat.
  • Komitmen Lingkungan: Madrasah menerapkan praktik ramych seperti pengelolaan sampah dan hemat energi.

Kurikulum yang Menarik dan Aplikatif

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads