Jeritan Hati Rojali dan Rohana, Mal Sepi Jadi Tempat Pelesir Gratis karena Dompet Menipis

Jeritan Hati Rojali dan Rohana, Mal Sepi Jadi Tempat Pelesir Gratis karena Dompet Menipis

Bukan untuk berbelanja, pergi ke mal hanya untuk melihat-lihat sambil mengajak keluarga. --Bianca Khairunnisa

“Jika tidak beradaptasi dengan permintaan pasar, ya mereka hanya akan menjadi aset mati. Dampaknya tentu kepada tenaga kerja yang bergerak di sektor perdagangan,” pungkas Nailul.

“Ada 500 ribu orang di Jakarta yang bekerja di sektor ritel, maka ancaman PHK begitu besar dan bisa mematikan ekonomi lokal,” sambungnya.

BACA JUGA:Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Minta Tinjau Ulang Zonasi Larangan Penjualan Rokok di PP Kesehatan

Online dan Offline Harus Seimbang

Dalam menghadapi situasi ini sendiri, Nailul menegaskan bahwa harus ada keseimbangan dan level yang sama antara perusahaan daring dan luring. 

Sebagai contoh, perusahaan yang berbasis daring juga diberikan pajak yang sama dengan perusahaan luring, baik pajak ke tenant maupun ke perusahaannya secara langsung.

Menurutnya, hal ini sendiri dilakukan agar perusahaan luring pun bisa bertahan dan masih bisa memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat.

“Yang paling bisa dilakukan adalah memberikan level playing field yang sama antara perusahaan daring dan luring,” ucap Nailul.

Di tengah semua saran dan strategi, Rojali dan Rohana masih berjalan di antara etalase yang berkilau. 

Mereka tak tahu soal pajak atau BLT, yang mereka tahu hanya satu yakni selama dompet masih menipis, mal tetap akan jadi tempat pelesir, bukan belanja.

Reporter: Anisha Aprilia, Dimas Rafi, Hasyim Ashari, Bianca Chairunnisa

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads