Jeritan Hati Rojali dan Rohana, Mal Sepi Jadi Tempat Pelesir Gratis karena Dompet Menipis
Bukan untuk berbelanja, pergi ke mal hanya untuk melihat-lihat sambil mengajak keluarga. --Bianca Khairunnisa
Dengan harga yang lebih murah dan kemudahan pengantaran, konsumen kini lebih memilih bertransaksi secara daring.
"Sekarang orang beli apa pun bisa online, harganya bisa 50–70 persen lebih murah. Ke mal cuma buat jalan-jalan, olahraga, atau makan di food court," papar dia.
Jurus Mal Kembali Bergairah
Agar mal kembali bergairah, Agus menegaskan perlunya dorongan nyata dari pemerintah untuk memulihkan ekonomi masyarakat.
"Kuncinya daya beli. Kalau masyarakat punya uang, mereka pasti belanja. Jadi, pemerintah harus fokus meningkatkan pendapatan warga dan mencegah PHK massal," terang Agus.
Agus juga mengusulkan agar pemerintah mengendalikan pertumbuhan mal baru dan mendorong diversifikasi kegiatan di dalam pusat perbelanjaan misalnya dengan menghadirkan area hiburan, kegiatan komunitas, hingga pameran UMKM lokal untuk menarik pengunjung.
Dengan pandangan dari dua pengamat dapat ditarik kesimpulan agar pengelola mal tidak bisa lagi hanya mengandalkan konsep lama.
Mereka perlu melakukan revitalisasi konsep dan strategi pemasaran, misalnya dengan menghadirkan acara budaya, konser mini, atau ruang kreatif bagi generasi muda.
Dengan kombinasi kebijakan pajak yang lebih ringan, sewa yang lebih terjangkau, serta strategi bisnis yang inovatif, pusat perbelanjaan diharapkan bisa kembali menjadi ruang publik yang hidup, bukan sekadar bangunan megah yang kehilangan pengunjung.
Pengamat : Pasar Tidak Punya Pilihan Selain Beradaptasi
Tidak hanya serbuan barang impor saja.
Di sisi lain, Ekonom Senior sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda sendiri juga turut menyoroti dampak perubahan yang terjadi kepada gaya belanja masyarakat kepada kondisi ritel-ritel offline atau pusat perbelanjaan seperti mal saat ini.
Menurutnya, perubahan yang terjadi di masa pandemi Covid-19 tahun 2019-2022 lalu telah membawa perubahan yang besar kepada pola konsumsi masyarakat.
“Di masa pandemi covid-19 yang membuat permintaan belanja secara daring meningkat tajam. Akibatnya, pusat perbelanjaan lesu dan akhirnya membuat pusat perbelanjaan harus beradaptasi dengan permintaan konsumen,” tutur Nailul saat dihubungi oleh Disway, pada Senin 1 November 2025.
Menurut Nailul, situasi ini pun jugalah yang menjadi faktor pendorong bagi para pusat perbelanjaan atau mall untuk mengubah image pusat perbelanjaan dari penyediaan barang menjadi tempat interaksi sosial.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: