Indonesia–Inggris Tandatangani MoU Perubahan Iklim, Menteri Hanif: Diplomasi Hijau untuk Dunia yang Lebih Rendah Emisi
Penandatanganan MoU antara KLH/BPLH dan Department for Energy Security & Net Zero (DESNZ) Inggris menjadi tonggak penting penguatan diplomasi hijau Indonesia di panggung global.--KLHK
“Kami optimistis kerja sama ini akan mempercepat pencapaian target emisi, memperkuat integritas pasar karbon, dan mendorong pertumbuhan ekonomi hijau nasional. Ini bukan hanya diplomasi, tetapi langkah konkret menuju masa depan yang rendah emisi dan berkeadilan,” tegas Menteri Hanif.
Penandatanganan MoU ini juga bertepatan dengan pelaksanaan COP30 di Belem, Brasil, di mana Indonesia menegaskan peran strategisnya sebagai pemimpin aksi iklim global.
BACA JUGA:Dokter Paru Ungkap Bahaya Gas Karbon Monoksida yang Diduga Telah Racuni Pasutri di Solok
Dalam forum tersebut, Menteri Hanif mengumumkan bahwa Indonesia menargetkan transaksi karbon hingga 90 juta ton CO₂ ekuivalen dari sektor kehutanan, kelautan, energi, dan industri, dengan nilai ekonomi potensial mencapai Rp15 triliun.
“Angka ini sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hijau dan mendukung mitigasi nasional yang berkeadilan. Diplomasi lingkungan tidak lagi berhenti di meja negosiasi—ini saatnya implementasi nyata,” tegas Menteri Hanif di sela-sela konferensi.
BACA JUGA:Buka Akses Pasar Karbon Arab 100 Miliar Dolar AS, Eks Menteri LH Mesir Gandeng EDENA Group
Kerja sama ini juga memperkuat pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2025 tentang Nilai Ekonomi Karbon, yang menjadi kerangka hukum utama bagi pengembangan pasar karbon nasional.
Melalui kolaborasi bilateral dengan Inggris, KLH/BPLH berupaya memperkuat integritas sistem perdagangan karbon, menarik investasi hijau, serta mempercepat pencapaian target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.
“Kita akan terus membangun kepercayaan global melalui mekanisme yang transparan, berkeadilan, dan berbasis hasil nyata. Indonesia ingin menjadi pusat solusi dunia, bukan sekadar bagian dari percakapan global,” tandas Menteri Hanif.
Selain penguatan regulasi dan pasar karbon, kerja sama Indonesia–Inggris ini membuka peluang inovasi dalam pembiayaan hijau, restorasi hutan, dan pengembangan proyek berbasis alam (nature-based solutions).
BACA JUGA:Dokter Paru Ungkap Bahaya Gas Karbon Monoksida yang Diduga Telah Racuni Pasutri di Solok
Program-program tersebut akan memperkuat ketahanan iklim nasional dan memberikan dampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat di tingkat tapak.
Kolaborasi ini menjadi bukti bahwa diplomasi hijau Indonesia bukan sekadar retorika, tetapi strategi pembangunan jangka panjang yang inklusif, berdaya saing tinggi, dan berorientasi pada keberlanjutan.
“Kita tidak bisa menunda masa depan. Dunia membutuhkan langkah konkret, dan Indonesia siap berjalan di garis depan bersama para mitra yang memiliki semangat yang sama untuk bumi yang lebih baik,” pungkas Hanif Faisol Nurofiq.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
