SPPG Jadi Garda Terdepan Sajikan Menu MBG Berkualitas
Program Makan Bergizi Gratis tak lepas dari peran Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bertanggung jawab menyajikan hidangan berkualitas-Disway.id/Ayu Novita-
BOGOR, DISWAY.ID - Program Makan Bergizi Gratis tak lepas dari peran Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bertanggung jawab menyajikan hidangan berkualitas.
Hal ini begitu penting, sebab insiden keracunan MBG di sejumlah wilayah di Indonesia sempat jadi sorotan.
Keracunan kebanyakan disebabkan sejumlah faktor, seperti kontaminasi mikrobiologis seperti Salmonella, E.Coli, Staphylococcus dan kimia, serta kesalahan pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak sesuai prosedur.
BACA JUGA:Rapat Pelaksana Harian Tim Koordinasi MBG Bahas 3 Agenda Lintas K/L
BACA JUGA:BGN-BPS Hitung Dampak Penerapan MBG Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Hal ini bisa terjadi akibat kebersihan yang buruk, bahan baru segar, hingga waktu tunggu terlalu lama dari makanan di masak dan disajikan, serta kesalahan dalam pengolahan.
Di tengah kasus keracunan MBG yang merebak, di Kota Bogor terselip Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yasmin Curug Mekar yang dari awal beroperasi pada Agustus 2025.
SPPG ini menjalankan sop yang profesional. Terbukti, hingga kini belum ada permasalahan di dalamnya apalagi keracunan.
Ditemui Disway.id di lokasi, Kepala SPPG Curug mekar Yasmin, Nabila Dwi Agustin menceritakan proses higenitas yang menjadi poin penting dalam tahap persiapan hingga makanan sampai ditangan penerima manfaat.
"Jadi selalu ada quality control dari KA (Kepala) SPPGnya. Terus kemudian ada asisten lapangan. Kemudian ada ahli gizi," ujar Nabila pada Rabu, 5 November 2025 di Lokasi.

Para pekerja SPPG Yasmin Curug Mekar di Kota Bogor menerapkan sop ketat dalam menyajikan menu Makan Bergizi Gratis (MBG)-Disway.id/Ayu Novita-
Selain itu, kata dia, di SPPGnya menerapkan kartu kebersihan untuk memantau dapur tetap bersih.
Tak hanya itu, Nabila juga menerangkan bahwa SPPG Yasmin Curug Mekar sejak Oktober hingga November ini sudah melakukan dua kali Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL).
IKL merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengamatan langsung terhadap lingkungan untuk menilai dan mengawasi kualitasnya agar sesuai standar. Hal ini untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan juga mencegah penyakit.
BACA JUGA:Gus Ipul Usul Program MBG Juga untuk Lansia dan Disabilitas Mulai 2026
Ia menjelaskan bahwa, hasil IKL yang dilakukan Sanitarian Puskesmas dan kerjasama dengan Dinas Kesehatan, nilai pertama 92.9 dan untuk nilai terbaru 95.4
"Alhamdulillah dapat nilai lumayan bagus. 92 dan yang terakhir itu 95. Dari rata-rata harus 80. Jadi kita sudah menuhi (standar)," tuturnya.
Adapun, hal ini merupakan upaya menjaga kualitas kebersihan dan keamanan pangan. Nabila menambahkan bahwa SPPG rutin melakukan Pest control bekerjasama dengan vendor yg sudah berpengalaman untuk membasmi hama, seperti tikus, kecoa, nyamuk, rayap, dan serangka lainnya.
Proses Produksi MBG
Nabila menjelaskan bahwa untuk persiapan seperti pemotongan sayur dan lainnya dilakukan sehari sebelumnya yang dilakukan pada pukul 19.00 WIB.
Kemudian, sekitar pukul 01.00 WIB malam dimulai proses memasak, yang dimulai dari memasak nasi, kemudian protein, dan terakhir sayur.
"Karena sayur memang nggak boleh terlalu lama dimasak," terangnya.

Proses penyajian menu MBG di SPPG Curug Mekar Yasmin, Kota Bogor, sebelum diantarkan ke sekolah-Disway.id/Ayu Novita-
Lalu, sekitar jam 05.00 WIB pagi, mulai dilakukan pemorsian atau penataan makanan kedalam tray food sebelum akhirnya didistribusikan ke Sekolah-sekolah.
Selain ke Sekolah, SPPG Curug Mekar juga mendistribusikannya kepada Ibu hamil, Ibu menyusui, dan balita.
Setiap harinya, terdapat tiga tahap pengiriman makanan. Pengiriman pertama dimulai sekira pukul 08.00 WIB ke sejumlah PAUD atau TK.
Sementara, kelompok pengiriman kedua pukul 10.00 WIB dan terakhir pada pukul 11.30 WIB.
Jumlah Penerima Manfaat
Untuk jumlah, Nabila menjelaskan setiap hari porsi makanan yang dibuat dapur SPPGnya berbeda-beda sesuai permintaan.
"Jadi setiap hari itu jumlahnya itu berbeda. Tergantung kehadiran siswanya," tuturnya.
Namun, total penerima manfaat dari SPPG ini adalah 3.600 orang, yang terdiri dari 21 sekolah dan 10 posyandu.
BACA JUGA:Puluhan Siswa Diduga Alami Keracunan, MBG di SDN Meruya Selatan Disetop Sementara
Lebih lanjut, Nabila menjelaskan bahwa program MBG ini tidak hanya untuk memberikan makanan, tapi juga membentuk ekosistem yang berkontribusi positif bagi berbagai pihak.
"Tetapi dari proses pemilihan dan pengadaan bahan baku, hingga pendistribusian, membentuk sebuah ekosistem yang berkontribusi positif bagi berbagai pihak,"imbuhnya.
Kemudian, terbukanya lapangan kerja bagi warga sekitar SPPG dalam memenuhi kebutuhan gizi para siswa.
"Mulai dari petani peternak dan UMKM lokal yang menjadi supplier, terbukanya lapangan kerja bagi warga sekitar sppg sebagai relawan hingga makanan yang sampai ke para siswa untuk upaya memenuhi kebutuhan gizinya," tutupnya.
Higienitas SPPG Kunci Cegah Keracunan MBG
Untuk mencegah keracunan menu MBG, SPPG Curug Mekar Yasmin punya strategi jitu.
Pihak SPPG mengaku sempat khawatir karena banyaknya anak sekolah diduga menjadi korban keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di berbagai daerah karena permasalahan higienitas.
Keracunan ini disebabkan oleh sejumlah faktor yakni cemaran bakteri Salnomella dan E-coli, kontaminasi bahan kimia, pengolahan dan penyidmpanan yang tidak tepat, serta bahan baku yang tidak segar.
Ahli Gizi di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yasmin Curug Mekar Kota Bogor, Wella Merjuna menjelaskan keracunan makanan yang terjadi bisa berasal dari tingkat higienitas yang rendah, yang berasal dari personal hygiene.
Ia menjelaskan proses persiapan hingga pemorsian makanan merupakan proses yang panjang, dan banyak orang yang terlibat disana.
"Jadi memang kalau dari personal hygiene itu bisa menyebabkan keracunannya dari e-colinya. Itu dari personal hygiene," ujar Wella saat ditemui disway.id pada Rabu, 5 November 2025.
Wella menerangkan di SPPG Yasmin Curug Mekar ini terdapat sekitar 47 orang penjamah makanan yang terlibat dalam proses pembuatan hingga pendistribusian makanan kepada penerima manfaat.
Untuk menjaga kebersihan di SPPG ini, semua yang terlibat dalam proses pembuatan akanan wajib menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) kebersihan.
"Jadi SOP-nya benar-benar diterapkan. Dimana kalau misalnya dari luar ke dalam tuh bajunya kita ganti. Terus kalau dari masuk ke sini tuh harus cuci tangan," tutur Wella.
Sampai alas kaki yang digunakan para pekerja juga harus diganti dengan sepatu khusus yang telah disiapkan.
Di SPPG Yasmin ini juga memisahkan antara area dapur dan area karwayan. Hal ini bertujuan, kata Wella, agar tidak ada kontaminasi kepada makanan yang diproduksi dari luar.
Bukan hanya itu, namun proses produksi makanan bergizi ini juga dilakukan pengawasan agar higenitas makanan tetap terjaga dan terhindar dari kontaminasi bakteri.
BACA JUGA:Dipuji Ibu Negara Brasil, Program MBG RI Dianggap Lebih Cepat dari Negeri Samba
Lebih lanjut, bakteri Sanmonella juga yang sempat ramai menjadi penyebab keracunan masal disejumlah daerah.
Wella menerangkan bahwa bakteri ini muncul karena penanganan bahan baku yang kurang baik.
Untuk menghindarinya, bahan baku dilakukan pengecekan ulang berkali-kali, terutama saat bahan baru diterima dari suplier.
"Jadi memang untuk menghindari itu kita cross-check dari supplier. Jadi bukan cuma dari penerimaan bahan tapi dari supplier juga kita harus tahu perlakuan yang mereka lakukan di bahan bakunya," tegasnya.
Kemudian, proses pemasakan yang harus benar-benar matang dan peralatan masak harus benar-benar dibersikan dan dibedakan, alat masak untuk sayur dan buah.
Tindakan ini dilakukan, agar bakteri tidak tumbuh dan potensi kontaminasi silang juga saat tinggi.

Menu MBG yang disajikan SPPG Yasmin Curug Mekar, Kota Bogor, melewati Quality Kontrol ketat yang melibatkan ahli gizi-Disway.id/Ayu Novita-
"Alat memasak kan kita pisahkan juga antara yang bahan hewani sama sayur, buah itu beda alat masaknya. Dan setiap penggunaan alat masak biasanya kita cuci dulu pakai air panas. Jadi setiap keran kita ada air panasnya," ucapnya.
Pemenuhan angka kesehatan gizi bedasarkan Angka Kebutuhan Gizi (AKG), yang berbeda-beda tiap kelompok usia.
Untuk memudahkannya, Wella menerangkan bahwa SPPG mengelompokannya berdasarkan pemorsian makanan, seperti porsi kecil untuk anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), TK dan balita usia 2-5 tahun, serta untuk anak SD kelas 1-3 tahun.
Kemudian, porsi sedang itu untuk anak SD kelas 4-6, serta porsi besar untuk anak usia SMP, SMA, ibu hamil, dan ibu menyusui.
"Jadi dari kebutuhan gizi tadi, kita jabarkan di isi piringku yang terdiri dari sember karbohidrat, lauk-pauk, sayur, sama buah," terangnya.
Untuk menu makanan, Wella menerangkan bahwa referensinya lewat internet terutama pada makanan-makanan yang memungkinkan dimasak pada porsi banyak dan disukai anak-anak.
Menurut dia, makanan yang disukai anak-anak dan bisa dimasak dalam porsi besar salah satunya dalah jagung pipil atau japil.
BACA JUGA:MBG Jadi Peringkat 3 Program Prioritas Setahun Prabowo-Gibran, Publik Desak Perbaikan
"Jagung pipil tuh lumayan disukai sama anak-anak karena prosesnya (pemasakannya) kan kita nggak banyak," terangnya.
Selain jagung pipil, brokoli dan wortel juga jadi kesukaan anak-anak.
Anak-anak lebih suka makan sayur dibandingkan orang dewasa
Untuk mengetahui kesukaan, anak-anak penerima manfaat, Wella menjelaskan bahwa hal tersebut bisa dilihat dari food waste.

Mobil operasional SPPG Yasmin Curug Mekar, Kota Bogor, untuk mendistribusikan MBG ke sejumlah sekolah-Disway.id/Ayu Novita-
Food waste sendiri merupakan makanan yang terbuang dan tidak dikonsumsi karena alasan tertentu.
Jika dilihat dari foodwaste sendiri, anak-anak tergolong lebih suka sayuran dibandingkan orang dewasa.
"Saya lihat dari food waste-nya lumayan anak-anak kecil malah lebih sedikit food waste-nya anak kecil lebih sedikit, yang dewasa malah lebih banyak," terangnya.
Mungkin, kata Wella, anak-anak cenderung belum mencicipi banyak makanan dibandingkan dengan org yang lebih dewasa yang lebih pemilih untuk urusan makanan mereka.
"Kalau kecil kan mereka mungkin baru merasakan dan oh enak ternyata tapi kalau udah dewasa lebih pemilih aja," tuturnya.
Reporter: Ayu Novita
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: