Tren Kasus ABH: Kenakalan Remaja atau Korban Bullying?
Prinsip penanganan ABH harus memperhatikan konsistensi dalam upaya mewujudkan kehormatan dan harga diri anak, menegakkan penghormatan terhadap hak ABH dan kebebasan dasar lainnya.-dok Disway-
Sebelumnya, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) juga turut menyoroti peran fungsi kognitif remaja Indonesia pada sikap agresif dan impulsif pada pelaku bullying
Dalam hal ini, perhimpunan PDSKJI menemukan bahwa aspek daya pikir dan pengambilan keputusan anak usia remaja di Indonesia sendiri masih berada dalam tahap pengembangan, sehingga terbilang rendah. Sehingga, bisa dibilang anak usia remaja masih kesulitan dalam mengontrol emosi.
“Akses anak-anak terhadap dunia luar lebih besar. Mereka terus memerlukan pengawasan agar paparan sesuai dengan usianya,” ujar Psikolog Klinis Dewasa dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPT UI), Rini Hapsari Santosa, ketika dihubungi oleh Disway, pada Jumat 28 November 2025.
Salah satu hal yang perlu pengawasan tersebut, Rini menambahkan, adalah peran penggunaan ranah digital oleh anak usia remaja.
Bukan tanpa alasan, Rini menegaskan bahwa dengan kehidupan sehari-hari yang saat ini serba digital, interaksi anak pun juga turut menjadi serba cepat dan instan.
“Hal ini terkait juga dengan pengendalian impuls dan regulasi. Jika orang tua tidak mengawasi langsung, bisa jadi anak tidak mendapat feedback yang tepat dari tingkah lakunya,” tegas Rini.
Penanganan Korban Bullying Tidak Boleh Dianggap Remeh
Di sisi lain, Rini juga turut menekankan bahwa penanganan psikis dan mental korban bullying pun juga tidak boleh diabaikan begitu saja, dan menjadi salah satu hal utama yang harus dilakukan.
Bukan tanpa alasan. Pasalnya, bullying sendiri juga menjadi salah satu faktor terbesar pemicu tindakan bunuh diri, terutama di kalangan anak usia remaja.
“Mereka belum matang untuk memahami keseluruhan konteks permasalahan. Masih terus membutuhkan bimbingan pendampingan,” ucap Rini.
Oleh karena itulah, sejumlah cara seperti pemberian psikologis atau konseling juga menjadi salah satu langkah penting dalam membantu para korban bullying untuk dapat mengatasi trauma mereka
Selain memberikan pendampingan psikologis, membangun komunikasi antara orang tua dan anak juga turut penting untuk dilakukan agar anak dapat mencari orang tua sebagai resource utama.
“Perlu disadari, anak-anak ini juga mendapat paparan mengenai ide dan tingkah laku bunuh diri. Paparan terus menerus tertanam di pikiran anak bahwa bunuh diri menjadi salah 1 opsi penyelesaian masalah. Masih terus membutuhkan bimbingan pendampingan,” jelas Rini.
“PR bagi kita orang tua adalah secara aktif terus membangun komunikasi yang terbuka sehingga apapun masalahnya anak dapat mencari orang tua sebagai resource utama,” tambahnya.
Inovasi KemenPPPA: 'Mata Rantai Zero' Hadir, Ubah Rumah Jadi Zona Bebas Kekerasan Seksual
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
