Kemenag Teguhkan Ekoteologi sebagai Gerakan Nasional Pendidikan Ramah Iklim
Kementerian Agama (Kemenag) menegaskan komitmennya untuk memperkuat implementasi ekoteologi sebagai gerakan nasional dalam pendidikan-Dok.Kemenag-
Menurutnya, teladan dari Jepang dan Finlandia yang menempatkan cinta lingkungan sebagai bagian dari pendidikan moral dapat menjadi inspirasi.
“Mengajar dengan cinta, membentuk kepedulian sejak dini, dan menciptakan budaya merawat lingkungan adalah tugas strategis para guru,” kata Kamaruddin.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menegaskan bahwa ekoteologi merupakan amanat prioritas yang sejak awal dikemukakan Menteri Agama.
BACA JUGA:Golkar Singgung Pernyataan Cak Imin 'Tobat Nasuha', Tidak Tepat di Tengah Bencana Sumatera
BACA JUGA:Pemerintah Yakini Penanganan Banjir Sumatera Masih Bisa Diatasi Tanpa Status Bencana Nasional
Ia menilai bahwa tingkat kerusakan alam yang terus meningkat mengharuskan adanya penyesuaian dalam tujuan syariah.
“Sudah saatnya menjaga lingkungan hifdzul biah menjadi bagian dari maqashid syariah, karena kerusakan ekologis telah memasuki fase darurat,” ungkapnya.
Amien menjelaskan bahwa implementasi ekoteologi bukan lagi sebuah gagasan abstrak.
Di berbagai lembaga pendidikan Kemenag, program-program ramah lingkungan sudah berjalan secara nyata, mulai dari Adiwiyata, pengelolaan sampah berbasis recycling, program konservasi energi, hingga pengembangan green campus.
“Ini bukti bahwa Kemenag tidak berhenti pada konsep. Kita sudah bergerak, dan akan terus memperluas praktik baik ini,” ujarnya.
BACA JUGA:Muzani: Banjir Sumatera Diduga Akibat Pembalakan Liar, Prabowo Sudah Kantongi Penyebabnya
BACA JUGA:Habib Rizieq Tiba di Lokasi Reuni Akbar 212, Dikawal Ketat Laskar FPI
Konferensi internasional ini turut menghadirkan narasumber dari berbagai negara yang memberikan pandangan strategis mengenai pendidikan ramah lingkungan.
Mereka menekankan pentingnya kolaborasi global dan lokal, penguatan literasi ekologis, serta pembiasaan praktik perawatan bumi dalam keseharian sekolah dan madrasah.
Pandangan-pandangan tersebut memperkaya wawasan peserta sekaligus memperkuat kesadaran bahwa tantangan ekologis membutuhkan respons terpadu dari seluruh ekosistem pendidikan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
