Perempuan Pemberani Afghanistan
Prof. Jamhari Makruf, Ph.D. - Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia –-dok disway-
Hubungan emosional Indonesia–Afghanistan berakar pada solidaritas keislaman.
Indonesia dan Afghanistan sama-sama bagian dari umat Islam.
Pada masa lalu, solidaritas ini bahkan mendorong sebagian Muslim Indonesia berangkat ke Afghanistan melawan Uni Soviet.
BACA JUGA:Langkah Bijaksana Syuriah dan Rais Aam PBNU
BACA JUGA:Diplomasi Tangan di Atas: Menguatkan Peran Global Indonesia
International Crisis Group (ICG) mencatat bahwa sejumlah anggota Jamaah Islamiyah di Asia Tenggara merupakan mantan kombatan Afghanistan.
Selain itu, pemikiran intelektual Muslim Afghanistan juga berpengaruh di Indonesia.
Jamaluddin Al-Afghani, tokoh Pan-Islamisme, banyak dibaca dan dikaji.
Bersama muridnya Muhammad Abduh, ia mendirikan komunitas Al-Urwatul Wutsqa yang menyuarakan persatuan umat Islam.
Secara konstitusional, Indonesia juga memiliki dasar moral-politik yang kuat.
Pembukaan UUD 1945 menegaskan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Afghanistan juga hadir dalam Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung.
BACA JUGA:NU, Organisasi dan Arogansi
BACA JUGA:Yang Ilahi dan Yang Insani di Jalan Kramat
Maka, secara historis dan moral, Indonesia merasa berkewajiban mendorong Afghanistan menentukan nasib bangsanya sendiri.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: