Perempuan Pemberani Afghanistan
Prof. Jamhari Makruf, Ph.D. - Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia –-dok disway-
Prinsip politik luar negeri bebas dan aktif menjadi pedoman Indonesia, tidak memihak blok kekuatan mana pun, tetapi aktif memperjuangkan perdamaian.
Dalam kearifan Timur, “seribu kawan terlalu sedikit, satu musuh sudah terlalu banyak.” Kepedulian Indonesia terhadap Afghanistan adalah perwujudan prinsip tersebut.
Sindiran Jusuf Kalla
Suatu ketika, Bapak Jusuf Kalla menceritakan pengalamannya bertemu pejabat Taliban.
Ia menanyakan dasar teologis pelarangan perempuan bersekolah.
Jawaban mereka: perintah pimpinan tertinggi.
Pak JK lalu bertanya, “Jika kalian berpendapat bahwa pasien perempuan harus ditangani dokter perempuan, bagaimana mungkin perempuan menjadi dokter jika dilarang sekolah?” Pertanyaan itu tak terjawab.
BACA JUGA:Enam Alasan Kuat Gus Zulfa Layak Mengemban Amanah (Pjs) Ketua Umum PBNU
BACA JUGA:Prestasi Kampus, Harapan Bangsa
Tidak ada satu pun ayat Al-Qur’an atau hadis yang melarang perempuan menuntut ilmu.
Dalam Seminar Dunia tentang Perempuan dan Pendidikan di Pakistan awal 2025, para ulama lintas mazhab sepakat bahwa Islam tidak melarang perempuan bersekolah.
Larangan tersebut lebih banyak dipengaruhi budaya lokal dan kepentingan politik elite.
Apa yang dialami perempuan Afghanistan adalah kemunduran peradaban.
Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan peradaban ditandai terbukanya akses pengetahuan bagi semua, termasuk perempuan.
Dalam tradisi Islam, kita mengenal Fatimah Al-Fihri, pendiri Universitas Al-Qarrawiyyin di Maroko, universitas tertua di dunia menurut UNESCO.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: