Kampus Hijau Dimulai dari Budaya Hidup
Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)--
BACA JUGA:Indonesia dan Diplomasi Moral Dunia
BACA JUGA:Sosok Mohammad Nuh, Kandidat Pjs Ketua Umum PBNU dengan Pengalaman Komprehensif
Dengan mendorong budaya berjalan kaki dan mobilitas aktif, kampus sesungguhnya sedang berinvestasi pada kesehatan jangka panjang sivitas akademika, sebuah investasi yang sering luput dari perhitungan pembangunan karena hasilnya tidak instan dan tidak selalu terlihat.
Saya membayangkan kampus sebagai ruang hidup, bukan sekadar ruang kerja.
Tempat orang bergerak, berjalan, berinteraksi, dan belajar tidak hanya dari buku, tetapi juga dari lingkungan yang membentuk kebiasaan.
Antropolog Tim Ingold dalam Being Alive (2011) menulis bahwa manusia membentuk dunia melalui cara ia bergerak di dalamnya.
Gerak tubuh bukan sekadar perpindahan, tetapi cara manusia berelasi dengan ruang, waktu, dan sesama.
Akhirnya, kampus hijau bukan proyek sesaat yang selesai ketika fasilitas diresmikan.
BACA JUGA:Langkah Bijaksana Syuriah dan Rais Aam PBNU
BACA JUGA:Diplomasi Tangan di Atas: Menguatkan Peran Global Indonesia
Ia adalah proses panjang membangun kesadaran, kebiasaan, dan keteladanan.
Jika kita mampu memulai dari diri sendiri dari langkah-langkah kecil yang konsisten, maka UIN Jakarta tidak hanya menjadi kampus ramah lingkungan, tetapi kampus yang berkelanjutan, sehat, dan beradab.
Dan barangkali, yang perlu kita renungkan bersama bukanlah seberapa canggih fasilitas yang kita miliki, melainkan ke arah mana kaki kita melangkah, dan nilai apa yang kita bawa dalam setiap langkah itu.
* Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D.*
(Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: