Obat Penangkal Covid-19 Akhirnya Ditemukan, Diberi Nama Paxlovid, Berikut Uji Klinis dan Penjelasan Ahli

Obat Penangkal Covid-19 Akhirnya Ditemukan, Diberi Nama Paxlovid, Berikut Uji Klinis dan Penjelasan Ahli

Ilustrasi: Paxlovid efektif mengobati Covid-19 dan menekan kematian, -Pixabay/@diegobarruffa-

Kandidat obat PF-00835231 baru dilirik kembali setelah munculnya Covid-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang merupakan betacoronavirus, satu kelompok dengan virus penyebab wabah SARS yang menyerbak 20 tahun lalu.

Ada pun tim peneliti Pfizer melakukan modifikasi terhadap kandidat obat PF-00835231 untuk meningkatkan efektivitasnya terhadap virus SARS-CoV-2, hasil modifikasi tersebut diberi nama nirmaltrevir (PF-07321332).

Nirmaltrevir bekerja dengan menghambat enzim protease yang digunakan oleh virus SARS-CoV-2 untuk berreproduksi di dalam tubuh manusia. Hasilnya adalah perkembangan virus menjadi terhambat.

Karena nirmaltrevir memiliki kemungkinan terurai di dalam tubuh manusia (sehingga efektivitasnya berkurang), maka ditambahkan ritonavir untuk menjaga kestabilan nirmaltrevir supaya tidak mudah terurai.

Hasil uji klinis Paxlovid (nirmaltrevir dan ritonavir) oleh Pfizer yang melibatkan 2.246 orang menunjukkan efektivitas 89 persen mengurangi risiko rawat inap. 

Termasuk kematian jika diberikan 3 hari setelah munculnya gejala, atau 88 persen jika diberikan 5 hari setelah munculnya gejala.

Selain itu, dalam uji klinis Paxlovid tersebut populasi Asia dimasukkan dalam subyek uji klinis. 

Komposisinya adalah 72 persen Kaukasia, 5 persen Afrika, dan 14 persen orang ras Asia. Jadi efektivitas Paxlovid terhadap orang ras Asia telah teruji.

Lebih lanjut, Bimo memaparkan bahwa obat Paxlovid aman dikonsumsi oleh pasien COVID-19 usia 12 tahun ke atas dan berat 40 kg atau lebih.

Meski demikian, Bimo mengingatkan bahwa Paxlovid tidak efektif untuk pasien Covid-19 yang bergejala berat dan sudah dirawat di rumah sakit.

Obat ini juga harus diberikan segera setelah terindikasi positif Covid-19, sebaiknya dalam rentang waktu 5 hari setelah munculnya gejala, dan tidak bisa digunakan lebih dari 5 hari berturut-turut.

Bimo menegaskan pula bahwa Paxlovid hanya bisa diberikan melalui resep dokter.

”Paxlovid hanya bisa diberikan dengan resep dokter dan tidak bisa digunakan untuk mencegah Covid-19. Jadi, protokol kesehatan dan vaksinasi tetap harus dijalankan,” jelas Bimo.

Ia juga mengingatkan sebelum mengonsumsi Paxlovid, pasien juga perlu mengetahui apakah sebelumnya memiliki sejarah hipersensitivitas terhadap nirmaltrevir atau ritonavir.

Selain itu, Bimo mengatakan pasien Covid-19untuk jangan kaget apabila saat mengonsumsi Paxlovid akan mengalami dysgeusia (gangguan indra perasa), diare, hipertensi, dan nyeri otot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: associate profesor