Pilpres Prancis Kian Panas: Macron Ditempel Ketat Le Pen

Pilpres Prancis Kian Panas: Macron Ditempel Ketat Le Pen

Emmanuel Macron terpilih kembali menjadi Presiden Prancis-Tangkapan Layar/@Youtube/France24English-

Le Pen, yang menguasai 10 poin jajak pendapat presiden dalam beberapa pekan terakhir, mengatakan dia adalah orang yang melindungi yang lemah dan menyatukan bangsa yang lelah dengan elitnya.

BACA JUGA: Jennifer Lopez-Ben Affleck Balikan Lagi setelah 18 Tahun Berpisah, Gwyneth Paltrow: Ini Lucu

”Apa yang akan dipertaruhkan pada 24 April adalah pilihan masyarakat, pilihan peradaban," katanya kepada para pendukung, seraya diiringi yel-yel.

"Kami akan menang! dan membawa kembali Prancis yang tertib," imbuhnya dengan nada optimistis.

Macron membalas. Sambil mengibarkan bendera Prancis dan UE mengatakan satu-satunya proyek yang kredibel untuk membantu daya beli adalah programnya.

”Dan kami sangat yakin kami mendahului Anda. Melaju kencang dengan meraih kemenangan,” timpalnya dilansir Disway.id dari Reuters.

Dengan 88 persen suara yang dihitung untuk putaran pertama, Macron mengumpulkan 27,41 persen suara dan Le Pen 24,9 persen. 

Penghitungan suara yang hampir selesai diperkirakan nanti malam selesai. 

BACA JUGA: Linda Chung Mengaku Lagi ‘Gatel’ Maksudnya?

Jika Le Pen menang pada 24 April nanti tentu saja menjadi goncangan. Ini serupa dengan pendirian saat Inggris memilih Brexit untuk meninggalkan Uni Eropa (UE) atau masuknya Donald Trump 2017 ke Gedung Putih.

Prancis akan berubah dari menjadi kekuatan pendorong integrasi Eropa yang selama ini skeptis euro yang curiga terhadap aliansi militer NATO. 

Le Pen sendiri telah membuang ambisi masa lalu untuk "Frexit" atau menyeret Prancis keluar dari mata uang tunggal zona euro. 

Dia membayangkan Uni Eropa hanya sebagai aliansi negara-negara berdaulat.

Sementara kandidat konservatif Valerie Pecresse memperingatkan konsekuensi bencana jika Macron kalah. 

Sedangkan Sosialis'Anne Hidalgo mendesak pendukungnya untuk memilih Macron agar Prancis tidak jatuh ke dalam ‘kebencian’ terhadap NATO maupun Uni Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: reuters