Kapolri Turun Gunung, Karier Irjen Nico Afinta di Ujung Tanduk, Tragedi Kanjuruhan Siapa yang Disalahkan?

Kapolri Turun Gunung, Karier Irjen Nico Afinta di Ujung Tanduk, Tragedi Kanjuruhan Siapa yang Disalahkan?

Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta -Instagram/ @okisesarcrisandy-Instagram/ @okisesarcrisandy

Pernyataannya dalam menyampaikan laporan Tragedi Kanjuruhan dinilai kurang berempati kepada korban, akan tetapi cenderung menyalahkan suporter.

“Ganti copot Kapolda sekalian saja bung! Lihat pernyataannya tadi, menunjukan Kapolda (Jatim) tidak memiliki empati pada korban sehingga menyalahkan supporter,” ujar Bambang saat dihubungi wartawan, Minggu 2 Oktober 2022.

BACA JUGA:Mabes Polri Turun Tangan Percepat Proses Identifikasi Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan

BACA JUGA:Tragedi Kanjuruhan, Pengamat Desak Kapolda Jatim Dicopot karena 3 Alasan Ini

Bambang juga menjelaskan ada beberapa 3 unsur alasan untuk menuntut Kapolda Jatim, Irjen Nico Afinta dicopot dari jabatannya karena tidak bisa mencegah kerusuhan maut tersebut terjadi.

1. Ada peraturan FIFA yang menyatakan larangan penggunaan gas air mata dalam pengamanan pertandingan sepak bola di sebuah stadion.

2. Tragedi itu juga menunjukan polisi tidak bisa melakukan prediksi, dan pencegahan bila terjadi kerusuhan di dalam stadion sehingga terjadi korban akibat desak2an di pintu yang sempir karena kepanikan suporter.

“Harus dilihat bahwa tidak semua supporter adalah perusuh. Prediksi dan prevention itu meliputi rencana pengamanan, jumlah personel dan antisipasi bila ada kedaruratan,” tegas Bambang.

3. ISESS mendesak agar Kapolri segera mencopot Kapolres Malang sebegai penanggung jawab keamanan pertandingan dan keamanan wilayah Malang dan Kapolda Jatim dan mengusut tuntas penanggung jawab penyelenggaraan pertandingan sehingga terjadi tragedi besar ini.

BACA JUGA:IPW Desak Kapolri Cabut Izin Penyelenggaraan Liga 1 2022/2023, Tuntut Proses Pidana

IPW Desak Kepolisian Tindak Pidana Penyelenggara

Sementara itu, Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng Teguh Santoso mengatakan kepolisian perlu melakukan evaluasi sistem pengamanan dalam pertandingan sepakbola.

“Sebagai bahan evaluasi harkamtibmas di samping. Menganalisa sistem pengamanan yang dilaksanakan oleh aparat kepolisian dalam mengendalikan kericuhan di sepak bola,” kata Sugeng, Minggu 2 Oktober 2022.

Menurutnya pengamanan saat pertandingan Arema FC vs Persebaya tak sebanding. Aparat yang diterjunkan kalah jumlah.

Hal ini akhirnya petugas kalang kabut dan akhirnya membabibuta menembakkan gas air mata.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads