Syeikh, Murid, dan Tarekat

Syeikh, Murid, dan Tarekat

KH Imam Jazuli Lc--

SUFISME Islam memiliki konsep-konsep yang penting, tidak saja secara ajaran melainkan juga institusi pengajaran. Di dalam institusi inilah, ajaran-ajaran SUFISME disampaikan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karena itulah, SUFISME mengenal konsep syeikh, murid, dan tarekat. syeikh adalah figur yang otoritatif untuk mengajarkan ajaran tasawuf kepada murid, dan murid terus mendapatkan bimbingan dalam satu komunitas dan metodologi khusus, yaitu tarekat.

Dalam sufisme, posisi seorang syeikh di hadapan murid jauh lebih utama dibandingkan kedua orang tua yang melahirkan. Keutamaan orang tua hanya 5 persen dari keutamaan syeikh. Sebab, syeikh ini melahirkan aspek spiritual manusia, sedangkan orangtua melahirkan tubuh fisiknya. Seorang murid harus tahu bagaimana mengambil hikmah dari syeikh-nya.

Seorang syeikh bertugas untuk membimbing hati murid. Sebesar apa bimbingan itu tumbuh dalam hati sang murid, sebesar itu pula pertolongan syeikh kepadanya. Ada banyak faedah mengutamakan dan memuliakan syeikh, yaitu menghilangkan kekikiran, terhubung dengan Allah, meluruskan niat, dan menciptakan cinta kasih (Asy-Syurafa' Awladu Ibni Ajibah: al-Far'u al-Ajibi min al-Thariqah ad-Darqawiah asy-Syadziliah, Dar al-Kutub al-Ilmiah Beirut, 2017: 524).

Dalam memberikan bimbingan, latihan, dan pengajaran, seorang syeikh tidak menggunakan ukuran yang sama kepada seluruh muridnya. Hal ini berbeda jauh dari sistem pendidikan modern dari Barat, di mana satu ukuran digunakan mengukur seluruh murid dalam kelas yang memiliki skill dan kepribadian berbeda. Walaupun di hadapan seorang syeikh, kedudukan seluruh murid itu sama, tetapi pengukuran dan ujian yang diberikan itu pasti berbeda-beda (Abdurrahman Zhahiruddin al-Kailani, at-Thariqah al-Qadiriah: Ushuluha wa Qawaiduha, Books Publisher Beirut, 2014: 65).

Bagaimana jika muncul pertanyaan, apakah seorang murid tetap harus mengikuti syeikh-nya jika sang syeikh kebetulan berbuat maksiat? Pertanyaan semacam itu pernah terjadi di era Abu Yazid al-Busthomi. Seseorang bertanya pada Abu Yazid, "apakah seorang arifbillah akan berbuat maksiat?" Abu Yazid menjwab, "apa yang dikehendaki Allah pastilah itu terjadi." 

Artinya, jika Allah berkehendak maka mungkin saja seorang syeikh akan tergelincir. Tetapi, jika tidak maka tidak. Karena itulah, seorang murid harus mengikuti sang syeikh dengan bersandar pada ilmu pengetahuan tentang jalan menuju Allah (Abdul Ghani bin Ismail an-Nabilsi, al-Hadiqah an-Nadiah: Syarhu at-Thariqah al-Muhammadiah wa as-Sirah al-Ahmadiah, Dar al-Kutub al-Ilmiah Beirut, 2011: 382).

Loyalitas murid kepada syeikh dalam tradisi sufistik ini sangat kental. Pada gilirannya, ciri-ciri semacam itu ditampilkan kembali oleh lembaga pendidikan pondok pesantren, di mana murid memiliki dedikasi dan loyalitas tinggi terhadap kyai mereka. Loyalitas dan dedikasi semacam inilah yang sangat ditakutkan oleh kolonial ketika mereka menjajah Nusantara. Loyalitas dan dedikasi santri menjadi modal kultural melakukan perlawanan atas kolonial.

Sedangkan tarekat itu sendiri lebih kepada institusi di mana seorang syeikh akan membimbing jalan spiritual muridnya yang salik. Di dalam tarekat ini, ada banyak metode doa, dzikir, dan cara-cara melatih diri di jalan spiritual. Awal mula terbentuknya institusi tarekat ini baru pada abad 3-4 Hijriah. Misalnya, tarekat Thaifuriah di Nisapur, Iran, yang dinisbatkan pada Abu Yazid al-Busthomi. Dasar tarekat ini adalah cinta ilahiah dan mabuk cinta.

Ada pula tarekat al-Malamatiah yang dinisbatkan pada Abu Sholeh Hamdun al-Qashshar. Ajaran dasar tarekat ini adalah menghina dan mengolok-olok diri sendiri, supaya tidak ada kesempatan bagi hawa nafsu untuk sombong, takabur, dan ujub. Sebelum itu, ada tarekat al-Muhasibiah yang dinisbatkan pada Al-Harits al-Muhasibi. Dasar ajaran tarekat ini adalah ridha pada segala takdir dan keputusan Allah. Hidup di dunia dijalani dengan ridha.

Ada juga tarekat al-Junaidiah yang dinisbatkan pada Imam Junaid bin Muhammad al-Baghdadi. Berbeda dengan dasar Thaifuriah, tarekat Junaidiah ini menekankan kesadaran diri, memilih sikap yang paling rasional, terlebih jika dihadapkan pada pilihan sulit. Misalnya, kehidupan zalim para penguasa. Karenanya, murid tarekat Junaidiah ini harus ambil posisi paling rasional dan bijaksana.

Masih banyak tarekat yang berkembang kemudian di berbagai negeri, antara lain: Tarekat Qadiriah yang dinisbatkan pada Abdul Qadir Jailani. Tarekat Mawlawiah yang dinisbatkan pada Jalaluddin Rumi. Dan yang paling kontroversial adalah tarekat Akbariah yang dinisbatkan pada Ibnu Arabi. Tarekat Syadziliah yang dinisbatkan pada Abul Hasan asy-Syadzili, Tarekat Ahmadiah yang dinisbatkan pada Ahmad al-Badawi.

Berikutnya, Tarekat Barhamiah yang dinisbatkan pada Ibrahim ad-Dasuqi, Tarekat AL-Khalwatiah yang dinisbatkan pada Mushtafa Kamaluddin Al-Bakri, Tarekat Bektasyiah yang dinisbatkan pada Haji Bektas. Yang menarik, tarekat Mawlawiah dan Bektasyi ini sama-sama menjadikan musik dan nyanyian sebagai jalan menuju Allah (Ali bin Sayyid Ahmad al-Washifi, Mawazin al-Shufiah fi Dhaw al-Kitab wa as-Sunnah, Dar Iman Iskandaria, 2002: 135).

Begitu banyaknya pilihan tarekat di atas, kita pada gilirannya diperkenalkan dengan istilah Tarekat Mu’tabaharah, yaitu tarekat-tarekat yang jalur sanadnya masih terjaga dengan baik, banyak pengikutnya hingga hari ini. Sehingga para murid terjamin keamanannya dalam mengikuti ajaran para pendiri tarekat tersebut. Dengan mengikuti tarekat, maka para murid akan terus berjalan di jalan yang sudah dibangun oleh para syeikh. (*)

*) Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: