Tugas Kader HMI dan PMII dalam Pilpres 2024

Tugas Kader HMI dan PMII dalam Pilpres 2024

Dr. H.C. Ubaydillah Anwar--

SAMPAI hari ini, dari tiga pasangan capres dan cawapres yang akan berlaga di Pilpres 2024, hanya pasangan AMIN (Anies-Imin) yang secara usia paling dekat dengan pemuda. Apalagi jika dilihat dari aspek pentingnya pembelajaran sosial bagi pemuda agar mereka dapat mengeluarkan kehebatannya untuk menjadi aset bangsa.  

Menurut pasal 1 ayat 1 UU Kepemudaan,  pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun. Agar mereka bisa berprestasi dan berkontribusi, maka potensi yang mereka miliki haruslah diaktualisasikan (dikeluarkan). 

Pembelajaran sosial adalah cara yang sangat penting untuk melakukan aktualisasi tersebut. Bahkan cara ini sudah disepakati secara baku oleh dunia pendidikan akademik dan pelatihan korporasi. Pembelajaran sosial adalah kegiatan untuk mengambil pelajaran penting dari apa yang dilakukan orang lain melalui attention (memperhatikan), retention (mencerna di dalam), reproduction (mempraktikkan), dan motivation (dorongan untuk mencapai atau menjadi). 

BACA JUGA:Wis Wayahe Kaum Santri dan Pesantren Menjemput Amin

BACA JUGA:Menjernihkan Identitas Politik dan Politik Identitas pada Amin

Berbagai  riset menempatkan peranan pembelajaran sosial dalam aktualisasi seseorang di urutan nomor dua setelah praktik sendiri. Maka munculnya, misalnya formula 70% (praktik), 20% (pembelajaran sosial), dan 10% (pembelajaran di kelas).

Dalam al-Quran, Allah SWT menyuruh orang beriman untuk mengambil pelajaran penting dari kisah para nabi (ibrotun). “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal,” (QS. Yusuf: 111).

Alasan Khusus dan Alasan Super Khusus

Ada alasan khusus kenapa pembelajaran sosial itu sangat penting bagi pemuda. Riset psikologi dan praktik pendidikan membuktikan bahwa pembelajaran sosial itu untuk memperkuat konsep diri, kepercayaan diri, dan harga diri (self-esteem). Atau singkatnya disebut sebagai keyakinan dan rasa layak (kelayakan) yang tercetak di jiwa seseorang untuk sukses di peranan atau di profesi. 

Praktik membuktikan bahwa meski seorang pemuda memiliki banyak potensi, tapi jika tidak memiliki keyakinan dan rasa layak, potensi itu sangat sulit menjadi prestasi. Bahkan Mohammad Ali, sang petinju legendaris dunia, menyimpulkan bahwa satu-satunya alasan kenapa seseorang gagal mengatasi masalah yang menghambat perjalanannya adalah karena faktor kepercayaan.  

Dengan menyaksikan AMIN yang secara usia tidak terlalu jauh jaraknya, maka para pemuda menjadi  semakin yakin akan kesuksesannya atau kelayakannya. Seeing is believing and believing is seeing. Menyaksikan langsung adalah modal yang paling bagus untuk membangun keyakinan.  Secara usia, Mas Anies 54 tahun dan Cak Imin 56 tahun. 

Pasangan AMIN menjadi semakin ideal bagi pembelajaran sosial pemuda karena ternyata pasangan ini mendapatkan posisi dan prestasinya hari ini  berkat dari perjuangannya (dhohir-batin). Mereka merasakan langsung jungkir-baliknya perjuangan, naik-turun perjalanan, terjungkal, bahkan terlempar. Meski demikian, mereka tetap bisa bangkit untuk mengejar dan memimpin harapan.

Ini akan berbeda ceritanya jika seandainya Mas Anies dan Cak Imin mendapatkan kesuksesan hari ini dengan cara dipersilahkan oleh tangan kekuasaan yang nihil proses pembelajaran dan perjuangan. Para pemuda Indonesia membutuhkan inspirasi dan motivasi dari pengalaman langsung, terutama dari mereka yang nasibnya memiliki beberapa kesamaan.

Selain dua alasan khusus di atas, ada alasan yang sangat super khusus, yaitu berlangsungnya sinergi antara kader HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Cak Imin adalah aktivis PMII hingga pernah menjabat sebagai Ketua Umum PB PMII (1994-1997). Sementara Mas Anies adalah aktivis HMI (1989), bahkan sempat menjadi Koordinator Presidium Majelis Nasional Korp Alumni HMI (MN KAHMI).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: