Canggih! Kini Ada Stetoskop AI, Deteksi Penyakit Jantung Koroner dan Gagal Jantung

Canggih! Kini Ada Stetoskop AI, Deteksi Penyakit Jantung Koroner dan Gagal Jantung

Ilustrasi stetoskop AI untuk deteksi penyakit jantung--freepik

JAKARTA, DISWAY.ID – Artificial Intelligence (AI) sudah dimanfaatkan dunia medis, salah satunya stetoskop.

Kehadiran stetoskop di dunia telah ada selama hampir 200 tahun dan masih dikalungkan di leher setiap dokter atau dimasukkan ke dalam saku jas lab.

Untuk penyakit jantung koroner dan gagal jantung, peran stetoskop tak begitu besar.

BACA JUGA:Cerita Suwanto Bisa Manfaatkan BPJS Kesehatan untuk Pengobatan Jantung Padahal Sudah Rutin Cuci Darah

Kecuali stetoskop yang dilengkapi dengan teknologi AI (Artificial Intelligence).

“Sehingga energi suara dari jantung dan paru akan ditransmisikan menjadi data digital,” kata Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Dr. dr. Anwar Santoso, Sp.JP(K), FIHA, FFASC.

Fungsi stetoskop yang penting adalah penilaian terhadap suara detak jantung, apakah normal atau tidak.

Dokter dapat mengetahui irama jantung yang tidak teratur melalui stetoskop.

BACA JUGA:Jamaah Haji Indonesia Sukses Jalani Operasi Jantung di MCC RS King Fahd

Pemeriksaan awal dengan menggunakan stetoskop tanpa segala fitur tambahan sangat berguna untuk mengetahui dengan cepat, apakah orang tersebut sakit dan membutuhkan perawatan darurat untuk menyelamatkan nyawanya.

Menurutnya peran stetoskop dalam mendiagnosis penyakit jantung dan pembuluh darah masih diperlukan oleh semua dokter yang melayani pasien.

“Peran stetoskop ini terutama untuk (diagnosis) penyakit katup jantung (katup mitral, katup aorta, katup trikuspid dan katup pulmonal); penyakit jantung kongenital, misalnya ASD (Atrial Septal Defect), VSD (Ventricular Septal Defect), TF (Tetralogy Fallot), pulmonal stenosis, tricuspid atresia, serta penyakit jantung paru (Cor Pulmonale),” jelas dr. Anwar di Jakarta, dalam keterangan resmi.

BACA JUGA:Ini Rekomendasi Pilihan Staycation Luxury Hotel di Jantung Kota Jakarta Kawasan Thamrin

Tatalaksana Penyakit Jantung Koroner

Sementara itu, penegakan diagnosis pada penyakit jantung koroner, mulai dari angina pektoris stabil sampai acute myocard infarction) dan gagal jantung, yang merupakan komplikasi dari berbagai penyakit jantung, peran stetoskop saja tidak cukup besar.

“Nantinya tampak seperti grafik atau gambar. Ini disebut phonocardiography. Bahkan dengan modalitas stetoskop tersebut bisa ditransformasikan energi suara tersebut menjadi gambar (real time) dan dipindai melalui layar laptop atau HP,” ucapnya.

Pemeriksaan deteksi dan diagnosis jantung dengan stetoskop seiring waktu berkembang yang dilengkapi dengan teknologi canggih.

Pertama, ada stetoskop elektronik yang membantu dokter mendengarkan jantung dengan lebih mudah melalui amplifikasi suara dan teknologi peredam bising.

BACA JUGA:Jokowi Sebut Penyakit Stroke dan Jantung Menonjol di Semua Daerah

Kedua, alat telemonitoring memungkinkan dokter mendengarkan detak jantung dari jarak jauh berkat teknologi nirkabel, merujuk informasi dari Cleveland Clinic.

Ketiga, alat yang menggabungkan stetoskop dan elektrokardiogram (EKG) yang memungkinkan dokter mendengarkan dan mengamati irama jantung secara bersamaan.

Penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) pun menjanjikan dalam diagnosis penyakit jantung. Salah satunya, penggunaan stetoskop pintar berteknologi AI.

BACA JUGA:Jokowi Sebut Penyakit Stroke dan Jantung Menonjol di Semua Daerah

Menurut dr. Anwar Santoso, AI-smart stethoscope akan menjadi keniscayaan dalam praktik kedokteran di masa depan. Karena akan meningkatkan keandalan (reliability) dan akurasi (accuracy) diagnosis dengan stetoskop konvensional yang auskultasi, mendengarkan suara jantung.

“Prinsip dari AI adalah mengumpulkan banyak data (big data) dari suara jantung dan bunyi murmur suara jantung dan akan ditangkap serta dianalisis dalam berbagai algoritma dan juga dilakukan analisis bootstrapping,” lanjutnya.

“Sehingga akan lebih meningkat akurasi penggunaan diagnosis secara auskultasi. Dampak dari teknologi AI ini amat bermanfaat untuk skrining oleh dokter layanan primer di Puskesmas dan klinik-klinik sebelum dirujuk ke rumah sakit," katanya. 

BACA JUGA:Mulai Usia 60 Paling Berisiko, Kenali Pengobatan dan Terapi Pasien Gagal Jantung

Pemanfaatan Stetoskop AI

Di Inggris, terdapat penelitian uji coba penggunaan stetoskop yang dilengkapi dengan teknologi AI untuk membantu dokter meningkatkan deteksi dini gagal jantung bagi pasien dan mengurangi biaya perawatan.

Penelitian yang dilakukan di National Heart and Lung Institute and Centre for Cardiac Engineering, Imperial College London, London, Inggris ini diterbitkan dalam jurnal berjudul, Point-of-care screening for heart failure with reduced ejection fraction using artificial intelligence during ECG-enabled stethoscope examination in London, UK: a prospective, observational, multicentre study.

Jurnal yang terbit di The Lancet Digital Health pada 5 Januari 2022 melaporkan bahwa para peneliti melakukan penggabungan algoritma stetoskop AI baru dengan EKG.

Hasilnya, perangkat mampu mendeteksi gagal jantung dengan tingkat sensitivitas (91%) dan spesifisitas yang tinggi (80%) dibandingkan dengan tes diagnostik rutin yang invasif dan mahal.

BACA JUGA:Viral Sopir Angkot Tetap Narik dengan Selang Oksigen di Hidungnya, Diduga Punya Sakit Jantung

Temuan ini menyoroti potensi skrining penyakit jantung di tempat perawatan yang murah dan dilakukan secara non-invasif untuk diagnosis dan pengobatan lebih dini.

Selanjutnya, teknologi AI di atas diujicobakan secara nasional di layanan kesehatan primer di Inggris untuk membantu dokter dalam mengevaluasi gagal jantung.

Proyek ini menilai, apakah perangkat stetoskop AI berkemampuan EKG dapat meningkatkan diagnosis gagal jantung.

Dipimpin oleh para peneliti di Imperial College London, uji coba baru ini melibatkan 100 praktik dokter umum di barat laut London dan Wales Utara serta merekrut lebih dari 3 juta pasien untuk menerima pemeriksaan stetoskop AI atau melanjutkan perawatannya.

Selain itu, pemanfaatan stetoskop dengan teknologi canggih juga dapat mendiagnosis pneumonia.

BACA JUGA:Bukan Cuma Jantung, Donny Kesuma Ternyata Juga Punya Riwayat Penyakit Ini

Sebuah proyek kolaborasi antara para insinyur, dokter, dan pakar kesehatan masyarakat di Johns Hopkins University, Baltimore, Amerika Serikat membuat perangkat teknologi digital untuk menangkap suara yang dilengkapi peredam bising, dan AI untuk membantu petugas kesehatan membuat diagnosis pneumonia yang akurat.

Perangkat berupa stetoskop pintar (smart stethoscope) dapat digunakan di seluruh dunia untuk mencegah anak-anak meninggal karena pneumonia. Stetoskop elektronik yang lebih modern dapat memperkuat suara.

Perangkat medis yang diaplikasikan dengan teknologi pendukung ini dapat menyaring kasus pneumonia dengan membedakan yang normal dan yang tidak normal pada pola pernapasan, khususnya mencari suara mengi yang dapat mengindikasikan adanya cairan dan peradangan di paru-paru.

Studi pengujian untuk menilai seberapa baik stetoskop elektronik berfungsi di lingkungan yang bising dan seberapa akurat diagnosis pneumonia di seluruh populasi pasien yang beragam.

Peneliti juga mengevaluasi suara paru-paru, kemudian memvalidasi diagnosis dengan membandingkannya dengan diagnosis yang dibuat melalui rontgen dada dan penilaian pendengaran dari para ahli pulmonologi.

Studi di atas tertuang dalam jurnal berjudul, The Stethoscope Gets Smart: Engineers from Johns Hopkins are giving the humble stethoscope an AI upgrade, yang dipublikasikan di HHS Public Access pada Februari 2019.

BACA JUGA:Bukan Cuma Jantung, Donny Kesuma Ternyata Juga Punya Riwayat Penyakit Ini

Butuh Pemeriksaan Penunjang

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI sudah merekomendasikan deteksi dini penyakit jantung sangat dianjurkan pada orang-orang usia di atas 40 tahun dan juga kelompok risiko tinggi, misalnya pada mereka yang memiliki hipertensi atau diabetes.

Untuk memeroleh hasil diagnosis akurat, terdapat skrining atau pemeriksaan penunjang, yaitu dengan rekam jantung (elektrokardiografi), treadmill test, USG jantung (ekokardiografi) dan lainnya.

Selaras dengan rekomendasi di atas, dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Anwar Santoso menegaskan, upaya penegakan “diagnosis pasti” dari semua penyakit jantung dan pembuluh darah tetap membutuhkan alat-alat penunjang.

BACA JUGA:Kurangi Lemak Trans, Biang Kerok Pemicu Penyakit Jantung

“Dibutuhkan alat-alat penunjang seperti Chest X-ray, pemeriksaan laboratorium terkait, Echocardiography, cardiac-MRI, dan CT-scan. Masing-masing pemeriksaan penunjang tersebut ada indikasi untuk penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah yang sudah saya sebutkan tadi,” tegasnya.

Adapun untuk praktik medis di rumah sakit, dokter masih menggunakan stetoskop konvensional.

“Jadi, stetoskop konvensional masih dipakai karena teknologi ini (stetoskop AI) belum masuk dan diterapkan di Indonesia. Tentunya, stetoskop konvensional dipakai sebagai langkah diagnostik awal, sebelum dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut,” terang dr. Anwar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: