Ramai Kasus Dokter Cabul, Kenapa Spesialis Kandungan Masih Didominasi Pria?
Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Yudi Mulyana Hidayat, menjelaskan bahwa berdasarkan data keanggotaan POGI, saat ini rasio dokter kandungan laki-laki dan perempuan di Indonesia adalah 6:4.--Unsplash
JAKARTA, DISWAY.ID – Kasus pelecehan seksual oleh seorang dokter kandungan di Garut kembali memicu kegelisahan publik, khususnya di kalangan ibu hamil.
Pelaku berinisial MSF diduga melakukan tindakan tidak senonoh saat melakukan pemeriksaan USG terhadap pasiennya.
Peristiwa ini pun kembali menyorot satu pertanyaan klasik yang sering muncul dalam diskusi publik: kenapa profesi dokter kandungan masih banyak didominasi oleh laki-laki, padahal mereka menangani langsung organ reproduksi perempuan?
BACA JUGA:Batang Darurat Pencabulan! 3 Kasus Terungkap, Incar Anak di Bawah Umur
Dominasi Pria dalam Dunia Obgyn
Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Yudi Mulyana Hidayat, menjelaskan bahwa berdasarkan data keanggotaan POGI, saat ini rasio dokter kandungan laki-laki dan perempuan di Indonesia adalah 6:4.
Artinya, meskipun jumlah dokter perempuan meningkat, profesi ini masih didominasi oleh laki-laki.
Menurut Yudi, ada beberapa alasan kenapa lebih banyak pria yang memilih spesialisasi ini.
"Profesi kebidanan dan kandungan adalah profesi yang berat. Kita menangani dua jiwa: ibu dan bayi. Risikonya tinggi, dan kadang harus melakukan tindakan bedah yang cukup kompleks," ungkapnya saat diwawancarai Disway pada 23 April 2025.
BACA JUGA:Fakta Baru! Dokter Kandungan Cabul di Garut Ngaku Sudah 4 Kali Lecehkan Pasien karena Tergoda
Selain itu, dokter kandungan dituntut untuk siap siaga 24 jam, karena proses persalinan tidak mengenal waktu.
"Pendidikan spesialisnya pun sangat menantang. Maka wajar kalau banyak pria yang memilih bidang ini, meski sekarang tren dokter perempuan juga meningkat," tambah Yudi.
BACA JUGA:Jadi Tersangka, KKI Cabut Sementara STR Dokter Kandungan Cabul di Garut
Etika Profesi dan Kasus Oknum
Kasus MSF yang mencoreng profesi ini pun disebut sebagai momentum penting untuk mengevaluasi etika dan disiplin profesi dokter kandungan, tanpa langsung menggeneralisasi semua dokter laki-laki.
"Ini menjadi pembelajaran bersama. Oknum yang menyimpang tidak bisa dijadikan representasi seluruh profesi," tegas Yudi.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
