Dunia Prediksi Melambat, Kadin Indonesia Buka Fakta Mengejutkan soal Ekonomi Global!
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Luar Negeri Kadin Indonesia, James T. Riady, dalam forum Monthly Economic Diplomatics Breakfast bertema Gerakan Peningkatan Produktivitas Nasional yang digelar di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Jumat (12/9/2025).-Candra Pratama -
JAKARTA, DISWAY.ID – Kabar baik datang dari dunia bisnis. Meski banyak analis sebelumnya memprediksi ekonomi global bakal melambat, nyatanya situasi geoekonomi dunia justru menunjukkan tren stabil bahkan lebih optimistis.
Hal ini ditegaskan Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Luar Negeri Kadin Indonesia, James T. Riady, dalam forum Monthly Economic Diplomatics Breakfast bertema Gerakan Peningkatan Produktivitas Nasional yang digelar di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Jumat (12/9/2025).
Acara ini menghadirkan sejumlah tokoh penting, termasuk WKU Bidang Perdagangan dan Perjanjian Luar Negeri Kadin Indonesia, Pahala Mansury, serta Menteri Ketenagakerjaan RI Yassierli.
BACA JUGA:KKP Tegaskan Proyek Tanggul Beton PT KCN di Cilincing Legal dan Berada di Zona Industri
James mengungkapkan bahwa kinerja ekonomi global tidak separah prediksi sebelumnya. Bahkan, pertumbuhan GDP dunia sudah direvisi naik dua kali, terakhir dari 2,8% menjadi 3%.
“Ekonomi yang diperkirakan bermasalah ternyata stabil. Pendorong utamanya adalah sektor jasa dan digital services,” kata James Riady.
AI Jadi Kunci, Jangan Sampai Indonesia Tertinggal
Dalam paparannya, James juga menyoroti perkembangan kecerdasan buatan (AI). Menurutnya, AI illiteracy alias buta teknologi AI kini sudah tidak bisa ditoleransi oleh perusahaan global.
“Kalau kita tidak berlari ke sana, kita akan ketinggalan,” tegas James.
Selain itu, sektor jasa disebut punya peluang emas bagi Indonesia. Jika ekonomi nasional tumbuh 5%, maka sektor jasa bisa tumbuh dua kali lipat hingga 12–13%, dengan kebutuhan modal yang jauh lebih kecil.
BACA JUGA:KPK Sebut Waktu Pelunasan Calon Jemaah Haji Khusus Dibikin Mepet
WKU Kadin Indonesia, Pahala Mansury, menambahkan bahwa strategi China Plus yang diterapkan banyak negara membuka peluang besar bagi Indonesia.
“Banyak negara mengalihkan industri dari China atau Vietnam ke Indonesia. Tarif di China masih 75%, India 50%. Artinya, Indonesia punya posisi sangat kompetitif. Tapi kuncinya produktivitas,” jelas Pahala.
Visi Indonesia Emas 2045: Produktivitas Jadi Senjata
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: