bannerdiswayaward

Rupiah Kian Terpuruk! Intervensi BI Belum Mampu Redam Dolar AS, Analis Angkat Bicara

Rupiah Kian Terpuruk! Intervensi BI Belum Mampu Redam Dolar AS, Analis Angkat Bicara

Sebanyak 3 negara bisa menjadi cerminan pemberlakuan kebijakan redenominasi Rupiah sebelum nantinya positif diterapkan. -dok disway-

JAKARTA, DISWAY.ID - Nilai tukar rupiah kembali tertekan, di mana pada pembukaan perdagangan Jumat pagi 26 September 2025, rupiah melemah 26 poin atau 0,15 persen ke level Rp16.775 per dolar AS, setelah sehari sebelumnya juga terkoreksi 42 poin.

Kondisi ini membuat rupiah menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terlemah di Asia. Bahkan, pada Kamis 25 September 2025, rupiah ditutup melemah 0,44 persen di level Rp16.750 per dolar AS.

BI: Intervensi Besar-Besaran

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan pihaknya terus melakukan langkah agresif untuk menjaga stabilitas rupiah.

BACA JUGA:Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Sabu 24,6 Kg Jaringan Malaysia, BB Disimpan dalam Plastik 'Prince Durian'

BACA JUGA:Fitur Keselamatan Mitsubishi Destinator yang Berhasil Bukukan 8.000 SPK, Perlindungan Penuh Bagi Keluarga Petualang

Instrumen yang dipakai tidak hanya di pasar domestik melalui spot, DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN), tetapi juga lewat intervensi di pasar luar negeri Asia, Eropa, hingga Amerika.

“Bank Indonesia menggunakan seluruh instrumen yang ada secara bold. Kami akan terus menjaga stabilitas rupiah dan mengajak pelaku pasar untuk bersama-sama menciptakan iklim keuangan yang kondusif,” ujar Perry dalam keterangan resminya kepada wartawan, pada Jumat 26 September 2025.

Meski begitu, intervensi BI sejauh ini belum mampu menghentikan tren pelemahan rupiah.

BACA JUGA:3 Media Spanyol Terkemuka Heboh! Soroti Hukuman FIFA Bagi Facundo Garces Gegara Skandal Naturalisasi Malaysia

BACA JUGA:Sabet Penghargaan Tempat Kerja Terbaik, PTPN IV PalmCo: Bukti Nyata Transformasi Berbasis Manusia

Analis: Wajar, Efek Global Masih Berat

Sementara itu menurut Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani, pelemahan rupiah saat ini masih wajar.

Ia menyebut faktor global menjadi penyebab utama, terutama kekhawatiran terkait rencana tarif baru AS terhadap industri farmasi global serta meningkatnya ketegangan geopolitik dengan Rusia.

“Kondisi global dan domestik masih penuh ketidakpastian. Investor lebih memilih pendekatan wait and see. Namun, justru ada peluang bagi investor untuk profit taking atau membeli lagi di harga murah setelah koreksi,” jelas Arjun.

BACA JUGA:Arsenal Aktifkan Transfer Arda Guler, Usai Jude Bellingham Kembali ke Real Madrid

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads