Tangis Bu Par Pecah, Pedagang Pasar Kramat Jati Ceritakan Detik-Detik Api Melalap Kiosnya: Uang di Celengan Ludes
Tangis bu Par pecah di tengah kebakaran hebat yang melanda kawasan Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin pagi sekitar pukul 07.15 WIB.--Dimas Rafi
JAKARTA, DISWAY.ID – Tangis bu Par pecah di tengah kebakaran hebat yang melanda kawasan Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin pagi sekitar pukul 07.15 WIB.
Api pertama kali dilaporkan membesar dari area lapak buah dan dengan cepat menjalar ke kios-kios di sekitarnya hingga menghanguskan seluruh dagangan para pedagang.
Pantauan disway.id di lokasi kejadian sekitar pukul 10.28 WIB menunjukkan ratusan ruko dan lapak hangus dilahap si jago merah.
BACA JUGA:Kondisi Terkini Lokasi Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati, BPBD DKI Ungkap Data Terbaru
Petugas pemadam kebakaran masih melakukan proses pendinginan untuk memastikan api benar-benar padam dan tidak kembali menyala.
Untungnya, meski kebakaran tergolong besar, api tidak merambat ke area pasar lainnya. Sejumlah petugas tampak menyisir puing-puing kios yang terbakar untuk mengantisipasi sisa bara api di antara material bangunan yang runtuh.
Kebakaran ini meninggalkan luka mendalam bagi para pedagang, salah satunya Bu Par (60), pedagang buah musiman asal Purwodadi. Seluruh lapak dan barang dagangannya ludes tanpa sisa.
BACA JUGA:Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati, Kobaran Api Masih Membara, Pedagang Berlarian
“Awalnya dari arah Cikureh, apinya sudah merata. Kita langsung lari karena takut nyawa saya kena. Semua barang-barang saya habis, mau duit, mau apa saja yang di dalam laci, habis semua,” tutur Bu Par dengan suara bergetar saat ditemui di lokasi.
Bu Par mengaku saat kejadian dirinya tengah bersiap untuk tidur. Namun api sudah membesar tepat di depan lapaknya sehingga ia memilih menyelamatkan diri ketimbang harta benda.
“Saya lagi mau tidur. Api sudah merata di depannya, jadi saya nyelametin badan saya daripada harta. Kalau badan yang penting kita selamat dan sehat, kalau harta masih bisa dicari,” ujarnya.
Tak hanya dagangan buah musiman yang hangus, tabungan Bu Par yang selama ini disimpan di dalam kaleng dan di bawah kasur juga ikut terbakar. Ia mengaku tidak menyimpan uang di bank dan memilih menabung secara tradisional.
“Yang di kaleng, yang di bawah kasur, nggak ada yang selamat. Itu buat tabungan, ada yang buat anak yatim dipisah, ada buat keperluan sendiri. Pikiran saya sekitar Rp 5 juta yang di kaleng,” katanya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: