Kisah Haru Ibu dan Anak Bertemu di DBL Camp 2024: Mimpi Bermain di DBL Arena Bermula dari Lapangan Juanda (2)

Kisah Haru Ibu dan Anak Bertemu di DBL Camp 2024: Mimpi Bermain di DBL Arena Bermula dari Lapangan Juanda (2)

Rafaelino Bryan bersama sang mama dan mendiang papa. Ini kisah Inspiratifnya dari DBL Camp 2024-dok keluarga-

Kecintaannya baru muncul saat dia memasuki SMP PGRI 7 Sedati, Sidoarjo. Terinspirasi oleh kompetisi basket pelajar DBL yang disaksikannya, Bryan mulai tertarik untuk mendalami olahraga itu.

Lapangan Juanda, sebuah lapangan basket sederhana di dekat Bandara Intenasional Juanda, Sidoarjo menjadi saksi bisu perjuangan Bryan.

Di sana, Bryan menghabiskan waktu berlatih dengan penuh semangat, meski tanpa fasilitas yang memadai.

Keterbatasan itu tak pernah mematahkan semangatnya. Justru, kondisi tersebut menjadi pemantik baginya untuk bekerja lebih keras dan membuktikan bahwa dia bisa berprestasi.

BACA JUGA:Memburu Talenta Muda Basket Indonesia di Kopi Good Day DBL Camp 2024

BACA JUGA:Batal di Indonesia Arena, Netizen Bandingkan IBL All-Star dengan Final DBL Jakarta

Bryan tak pernah lupa dengan peran penting mamanya dalam perjalanan hidupnya. Mamanya, Vivi Irene Mersie Worotitjan, selalu menjadi pilar utama yang selalu mendukung dan menyemangati Bryan.

Namun, jalan menuju mimpinya tidak selalu mulus. Berlatih di lapangan Juanda yang sederhana, Bryan harus menghadapi keterbatasan fasilitas.

Tekadnya yang kuat dan dukungan penuh dari sang mama, Vivi Irene Mersie Worotitjan, menjadi pendorong semangatnya untuk terus berlatih.

Setelah lulus dari SMP, Bryan ingin melanjutkan sekolah di Sidoarjo atau Surabaya. Ia berharap dapat bergabung dengan sekolah yang aktif mengikuti kompetisi DBL, dengan harapan bisa bermain di DBL Arena.

Namun, takdir tak bisa ditebak. Perjalanan hidup Bryan kian penuh tantangan saat ia harus pindah kembali ke Minahasa.

Musibah datang menghampiri keluarganya, menghadirkan tantangan ekonomi yang semakin berat. Ayah Bryan mengalami stroke yang memburuk kondisinya dari hari ke hari.

Situasi tersebut memaksa Bryan dan adiknya untuk berpindah tempat tinggal, dari Sidoarjo ke Minahasa. Sedangkan dua kakak Bryan, yang sudah lulus dari SMA, mencari kesempatan bekerja sambil tetap tinggal di Sidoarjo.

Bryan dan adiknya yang saat itu baru memasuki SMP dititipkan untuk diurus oleh kakeknya di Kawangkoan, Minahasa.

BACA JUGA:Rico Djanggola Hidupkan Mimpi Anak Muda di Sulteng Lewat Kehadiran Kompetisi DBL

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: dbl