Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati, Ini Mitos Fakta dan Manfaat Vaksin

Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati, Ini Mitos Fakta dan Manfaat Vaksin

Edukasi seputar vaksinasi, manfaat, mitos dan fakta-Penting untuk mencegah keparahan penyakit-Halodoc

JAKARTA, DISWAY.ID – Vaksin penting untuk mencegah seseorang jatuh sakit hingga parah atau dirawat.

Vaksin bisa mencegah tingkat keparahan dan kematian dari suatu penyakit.

Karena itu, Halodoc dan Kementerian Kesehatan juga fokus menggalakkan edukasi kesehatan preventif melalui pemanfaatan vaksinasi ke pengguna dan masyarakat luas.

BACA JUGA: Heboh Vaksin AstraZeneca Akui Punya Efek Samping Pembekuan Darah, Kemenkes: Manfaatnya Lebih Banyak

“Salah satu tindakan tepat dalam menerapkan upaya kesehatan promotif dan preventif adalah vaksinasi dari mulai dari vaksin influenza, DBD, pneumonia, hingga HPV (human papillomavirus),” Chief Operating Officer Halodoc, Veronica Utami, kepada wartawan di Jakarta.

Vaksinasi mampu menghasilkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu, sehingga menjadi langkah penting untuk menjaga kesehatan keluarga.

Melansir dari website Unicef mengenai global vaksinasi, vaksinasi merupakan salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang paling hemat biaya dan dapat mencegah sekitar 4,4 juta kematian setiap tahunnya.

BACA JUGA:Gawat! Vaksin AstraZaneca Akui Punya Efek Samping Pembekuan Darah, Sudah Makan Korban di Inggris

Dokter Umum dr. Alfi.Auliya Rachman mengatakan vaksinasi menjadi salah satu elemen penting dalam menerapkan pola hidup sehat selain diiringi dengan sering berolahraga dan konsumsi makanan bergizi.

Bukan hanya untuk anak-anak, vaksinasi untuk orang dewasa justru tak.kalah penting dilakukan.

Perlu lebih banyak informasi dan edukasi yang dilakukan semua pihak terutama untuk memastikan pemanfaatan vaksinasi dengan dosis yang lengkap tanpa terputus di tengah jalan, meluruskan mitos dan mispersepsi mengenai vaksin.

Untuk itu, inovasi seperti layanan Home Lab & Vaksinasi di aplikasi Halodoc menjadi penting, terlebih di era kemajuan teknologi saat ini, vaksinasi dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun.

BACA JUGA:Waspada Penyakit Arbovirus Termasuk DBD, Tingkatkan Kesadaran Vaksinasi

Fakta Vaksin di Indonesia

1. Belum Pernah Vaksin

Statistik Kesehatan 2022 oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan masih terdapat berbagai alasan bagibagi anak usia 0-23 bulan yang tidak pernah menerima vaksinasi, antara lain 1)khawatir dengan efek samping vaksin, 2)khawatir dengan kandungan dalam vaksin, 3)ragu terhadap efektivitas imunisasi, 4)tidak tahu manfaat imunisasi, 5)tidak tahu program imunisasi, 6)tidak memiliki biaya, dan alasan lainnya.

2. Cegah Penyakit

Vaksinasi pada anak usia dini memang sangat penting untuk membangun imunitas yang kuat dan tahan lama. 

Meskipun demikian, Kementerian Kesehatan RI juga terus berupaya memperluas dan meningkatkan kesadaran untuk pemanfaatan vaksinasi bagi kalangan orang dewasa.

Hal ini karena orang dewasa juga berisiko terkena penyakit yang dipengaruhi faktor usia, pekerjaan, gaya hidup, ataupun kondisi komorbid.

BACA JUGA:Kemenkes Ajak Masyarakat Vaksinasi Influenza Mandiri untuk Perkuat Imun Tubuh, Biayanya Rp 200 Ribu Sekali Suntik

3. Disinformasi

Tidak terdapat data yang menunjukkan bahwa kombinasi vaksin dapat meningkatkan kematian bayi mendadak atau SIDS (Sudden Infant Death Syndrome)

4. Vaksin Aman

 Vaksin itu aman, reaksi vaksin bersifat minor dan sementara, seperti nyeri pada tempat penyuntikan atau lengan atau demam ringan. Tidak menyebabkan kerugian dan efek samping jangka panjang yang belum diketahui.

5. Dukung dengan Hidupnya Sehat

Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi dapat menyerang kembali apabila program vaksinasi dihentikan.

Sementara kebersihan, cuci tangan, dan air bersih dapat membantu melindungi kita dari penyakit infeksi, masih banyak penyakit infeksi yang tetap menyebar seberapa pun bersihnya seseorang.

Memberikan beberapa vaksin pada waktu yang bersamaan tidak berpengaruh buruk pada sistem imun anak tersebut.

BACA JUGA:Kasus DBD Melonjak, DPR Singgung Penelitian Nyamuk Wolbachia dan Kebutuhan Vaksin

 

Fakta dan Mitos Seputar Vaksin

Stigma ataupun mitos yang beredar di sekitar masyarakat mulai dari isu vaksin bisa menimbulkan kematian, serangan jantung hingga penyakit-penyakit lainnya.

Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2022, cakupan vaksinasi di Indonesia masih terfokus pada kalangan anak-anak.

Namun, Statistik Kesehatan 2022 oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan masih terdapat berbagai alasan bagi anak usia 0-23 bulan yang tidak pernah menerima vaksinasi, antara lain khawatir dengan efek samping vaksin, khawatir dengan kandungan dalam vaksin, ragu terhadap efektivitas imunisasi, tidak tahu manfaat imunisasi, tidak tahu program imunisasi, tidak memiliki biaya, dan alasan lainnya.

Vaksinasi pada anak usia dini memang sangat penting untuk membangun imunitas yang kuat dan tahan lama.

Tetapi dengan adanya stigma yang ada dari masyarakat, tentunya perlu ada edukasi untuk para masyarakat dari pemerintah ataupun tenaga kesehatan.

“Tantangan terbesar vaksinasi adalah mitos. Dimana ada aja mitos tentang vaksinasi menyebabkan kematian, serangan jantung atau yang lainnya. padahal itu semua berita bohong” ucap Dr. Alfi Auliya MKM, C.DCAP,

“Tetapi, bisa jadi serangan jantung itu memang disebabkan oleh pasien itu sendiri yang punya riwayat jantung. Sebab itulah perlunya kejujuran kepada tenaga medis untuk bisa menimalisir kompilkasi yang ada” lanjutnya.

BACA JUGA:Asosiasi Dokter Anak Internasional Gandeng IDAI Luncurkan Program Vaksin HPV Selama 2 Tahun

"Buang stigma minum obat biar sembuh. Karena kita perlu mencegah penyakit baik yang kronis dan akut. Bedanya kalau akut itu bisa diobati secara cepat seperti batuk ataupun demam, namun kronis ini belum tentu minum obat langsung sembuh,” katanya.

“Vaksin sebenarnya tidak bisa melindungi 100%, Vaksinasi meringani dampak dari penyakit itu. Sama halnya seperti vaksin covid lalu, di mana setelah divaksinasi kita tidak terkena dampak yang begitu besar dari covid itu,” ucapnya

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: halodoc