Lebaran 2025 Dibayang-bayangi Prediksi Penurunan Ekonomi, Pengamat Ungkap Penyebabnya
Menjelang mudik Lebaran tahun 2025, sejumlah permasalahan masih terus menghantam masyarakat Indonesia-disway.id/Bianca Khairunnisa-
JAKARTA, DISWAY.ID -- Menjelang mudik Lebaran tahun 2025, sejumlah permasalahan masih terus menghantam masyarakat Indonesia.
Pasalnya, kenaikan harga BBM sejak akhir 2024 dan tarif transportasi yang melambung membuat anggaran mudik meningkat 20-30 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, rata-rata keluarga diprediksi harus mengalokasikan Rp 3-5 juta untuk biaya mudik.
BACA JUGA:Istana soal TNI Bisa Isi 16 Jabatan Sipil: Memang Butuh Keahlian Mereka
BACA JUGA:Tiga Polisi Gugur Saat Gerebek Judi Sabung Ayam, Komisi III DPR RI Minta Evaluasi Menyeluruh
Situasi ini jelas jauh berbeda jika dibandingkan dengan periode tahun 2024 lalu, dimana angka ini hanya sekitar Rp 2,5 - 4 juta.
"Bagi pekerja dengan penghasilan pas-pasan, kenaikan ini memaksa mereka memilih untuk tidak mudik atau mengurangi anggaran belanja Lebaran. Fenomena ini tidak hanya mengurangi kebahagiaan reuni keluarga, tetapi juga berdampak pada perekonomian daerah," ujar Achmad ketika dihubungi oleh Disway pada Selasa 18 Maret 2025.
Selain biaya mudik yang membengkak, Achamad juga menambahkan bahwa ancaman PHK dan resesi ekonomi semakin menambah beban masyarakat.
Tidak hanya itu, ancaman resesi ekonomi global juga membayangi Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025 hanya mencapai 4,5 persen, jauh di bawah target pemerintah sebesar 5,3 persen.
BACA JUGA:Korupsi Proyek PDNS: Kejaksaan Didesak Telusuri Aliran Uang dan Pihak Terlibat
"Sepanjang 2024, tercatat 77.965 kasus PHK, dan di awal 2025, tambahan 4.050 pekerja kehilangan pekerjaan. Ditambah dengan daya beli yang melemah, inflasi yang tidak stabil, dan ketidakpastian pasar global membuat momentum Lebaran tidak mampu menjadi penyelamat ekonomi," tutur Achmad.
"Jika pemerintah tidak segera mengambil langkah strategis, seperti stimulus fiskal dan proteksi bagi sektor padat karya, resesi bisa menjadi kenyataan yang menghancurkan harapan pemulihan ekonomi pasca-COVID," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: