Indonesia Tawarkan 'Second Best Offer' Jelang Batas Negosiasi Tarif Trump, Strateginya Diungkap Menko Airlangga
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.-Bianca-
JAKARTA, DISWAY.ID-- Pemerintah Indonesia terus melangkah cepat dalam merespons kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).
Menjelang tenggat negosiasi pada 8 Juli 2025, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa Indonesia telah resmi menyampaikan “second best offer” kepada pihak AS sebagai bagian dari upaya menjaga keseimbangan perdagangan bilateral.
“Negosiasi tarif, kita sudah menyampaikan second best offer. Beberapa permintaan Amerika, baik tarif, hambatan non-tarif, maupun aspek komersial sudah kita akomodasi,” ujar Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat 28 Juni 2025.
BACA JUGA:Menko Airlangga Dampingi Presiden Prabowo Hadiri Leaders’ Retreat di Singapura
Langkah tersebut menandai posisi strategis Indonesia dalam mempertahankan hubungan dagang dengan AS, terutama setelah Presiden Donald Trump mengumumkan penerapan tarif resiprokal sebesar 32 persen pada awal April lalu terhadap sejumlah negara mitra dagang, termasuk Indonesia.
Airlangga juga menyebut bahwa komunikasi intensif terus dijalin dengan para pejabat tinggi AS, termasuk Menteri Keuangan AS Scott Bessent.
Dalam pertemuan terakhir, Bessent menyatakan apresiasi atas tawaran dan komitmen Indonesia dalam menjaga iklim dagang yang seimbang dan terbuka.
“Pada prinsipnya mereka (AS) mengapresiasi langkah-langkah Indonesia,” ujarnya.
Meski begitu, Airlangga mengingatkan bahwa keputusan akhir berada di tangan banyak institusi di AS, seperti USTR (United States Trade Representative), Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Keuangan AS. “Negosiasi ini dinamis. Setiap hari bisa berubah, karena negara lain juga menyodorkan penawaran. Kita saling menyesuaikan,” tambahnya.
Fokus AS: Tekan Surplus Dagang Indonesia
Selama proses negosiasi, AS tidak mengajukan tambahan permintaan terhadap Indonesia. Fokus utama Negeri Paman Sam adalah menekan surplus dagang Indonesia yang kini mencapai US$18-19 miliar.
Airlangga memastikan bahwa dokumen-dokumen negosiasi yang telah disampaikan Indonesia dinilai cukup mewakili keinginan dan kepentingan AS.
“Tidak ada permintaan baru dari mereka. Dokumen kita dianggap sudah representatif,” tegasnya.
Dengan semua dokumen di tangan, kini Indonesia tinggal menunggu keputusan Presiden Donald Trump terkait masa depan kerja sama dagang RI-AS. Airlangga tetap optimistis, Indonesia akan tetap menjadi mitra strategis AS di kawasan Asia Tenggara.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
