Indonesia Swasembada Daging-Susu

Indonesia Swasembada Daging-Susu

Program ini memiliki fokus utama mempercepat swasembada. Tentu melalui kolaborasi: pemerintah, swasta dan peternak. -Dok. Disway-

Modal yang terbatas membuatnya harus mengajukan pinjaman ke bank untuk membeli sapi. Karena itu, ia berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih melalui program subsidi.

"Harapan saya ada subsidi dari pemerintah, minimal sapi indukan jantan dan betina supaya bisa berproduksi. Jadi kami peternak lebih terbantu," ucapnya.

Selain soal modal, Edy juga menyoroti ancaman penyakit PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) yang kerap muncul menjelang hari-hari besar keagamaan. 

Ia berharap pemerintah bisa lebih serius memberikan dukungan berupa obat-obatan maupun vitamin untuk mencegah wabah tersebut.

"PMK itu sering muncul mendekati Idul adha. Makanya perlu perhatian. Subsidi vitamin atau obat buat hewan itu sangat membantu," terangnya.

Aspek Keamanan Pangan Jangan Diabaikan

Sementara itu, Pakar Kesehatan sekaligus Epidemiolog, Dicky Budiman menilai program pengadaan dan penyaluran sapi kurban nasional dari peternak lokal yang digagas pemerintah memiliki dampak positif. 

Menurut Dicky, dari perspektif One Health yang mencakup kesehatan manusia, hewan dan lingkungan program ini berpotensi meningkatkan akses protein hewani dan memperbaiki gizi masyarakat.

Meski begitu, ada aspek keamanan pangan yang tidak boleh diabaikan.

"Penyaluran sapi ini memerlukan jaminan standar kesehatan hewan sebelum, saat, dan setelah pemotongan. Jika tidak ada pengawasan ketat, risiko penyakit zoonosis seperti antraks, bruselosis, atau TBC sapi bisa meningkat," kata Dicky.

Ia menambahkan, praktik penyembelihan dan distribusi daging juga harus dilakukan secara higienis untuk menghindari kontaminasi bakteri berbahaya seperti Salmonella atau E.coli.

Dari sisi kesehatan hewan, Dicky menekankan pentingnya standar pemeriksaan kesehatan, vaksinasi, hingga sertifikasi dokter hewan. 

Distribusi sapi lintas daerah juga berpotensi memicu penyebaran penyakit jika protokol karantina tidak dipatuhi.

"Distribusi nasional ini bisa menimbulkan stres pada hewan, memengaruhi kualitas daging, sekaligus meningkatkan potensi penularan penyakit. Animal welfare harus jadi perhatian," ungkapnya.

Selain itu, aspek lingkungan juga harus diperhatikan. Menurut Dicky, mobilisasi sapi dalam jumlah besar berisiko meningkatkan jejak karbon, limbah kotoran, hingga pencemaran jika manajemen lingkungan tidak berjalan baik.

Meski begitu, ia melihat program ini juga membawa dampak positif berupa pemberdayaan peternak lokal. Adanya pengurangan ketergantungan impor sapi, hingga peluang mendorong peternakan berkelanjutan melalui biogas atau pupuk organik.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads