Curahan Hati Siswa Binus Serpong Korban Dugaan Bullying

Curahan Hati Siswa Binus Serpong Korban Dugaan Bullying

Korban dugaan bullying dan penganiayaan siswa Binus Serpong, Tangerang Selatan berinisial A sempat menceritakan isi hatinya usai dugaan perundungan terjadi.-Rafi Adhi Pratama-

TANGSEL, DISWAY.ID - Korban dugaan bullying dan penganiayaan siswa Binus Serpong, Tangerang Selatan berinisial A sempat menceritakan isi hatinya.

Orang tua A, Widya (44) mengatakan anaknya merasakan takut pasca kejadian dugaan bullying dan penganiayaan itu viral.

"Seperti saya tanya, 'kamu Kenapa nak? 'gitu ' apa yang kamu takutin' gitu, sebagai orang tua ya, 'Mama takut'," katanya kepada awak media, Jumat 1 Maret 2024.

BACA JUGA:Tersangka Sudah Ditetapkan, Orang Tua Korban Bullying Binus Angkat Bicara

"Kata dia 'aku masih takut, Mama enggak tahu sih'  Katanya 'kalau mama speak up semua itu nanti efeknya buat aku gimana?' seperti itu masih banyak tekanan," lanjutnya.

Dirinya mengaku anaknya tertekan dengan kasusnya itu yang viral di media sosial.

"Dia bilang 'Mama tahu aku udah digebukin Terus sekarang aku di medsos di, medsos di kata-kata-in, semua dikata-katain, mamin dikatain, papi dikatain, semua dikata-katain' katanya," sebutnya.

Anaknya disebut kepikiran dan menjatuhkan mentalnya ketika mengetahui kasusnya ramai dibicarakan.

"Padahal kan apa ya, jadi membuat itu sebenarnya serangannya setelah itu dia lebih ngerasa dropnya itu dari sosial media gitu ya Pak, gimana tuh apa namanya tuh, lebih aduh Kok jadinya begini gitu, seolah-olah seperti itu," ujarnya.

"Gitu enggak ada yang apa ' kok enggak ada yang percaya sama aku?'  Gitu lebih kenapa aku di kata-katain sama teman-temannya mereka, sama mereka, Itu sih yang ada dipikiran anak saya sekarang," imbuhnya.

BACA JUGA:Keluarga Ungkap Kondisi Korban Bullying Siswa Binus Serpong Masih Suka Menangis

Sementara, motif dugaan bullying dan penganiayaan siswa Binus Serpong, Tangerang Selatan diungkap.

Kasatreskrim Polres Tangsel, AKP Alvino Cahyadi mengatakan dugaan bullying terjadi sebagai tradisi tidak tertulis dalam sebuah kelompok.

"Motif sementara yang bisa disimpulkan ada dua. Pada tanggal 2 dan 13 Januari 2024. Pada tanggal 2 Februari untuk para anak-anak pelaku menjalankan semacam tradisi yang tidak tertulis sebagai tahapan untuk bergabung dalam suatu kelompok," katanya kepada awak media, Jumat 1 Maret 2024.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads