Waspada Gejala Baru DBD, Dikeluhkan oleh Para Penyintas Covid-19

Waspada Gejala Baru DBD, Dikeluhkan oleh Para Penyintas Covid-19

Nyamuk DBD-Kasus melonjak hingga berstatus KLB di sejumlah daerah-Freepik

JAKARTA, DISWAY.ID – Kini muncul gejala baru Demam Berdarah Dengue (DBD).

Bukan hanya demam, ada perubahan gejala DBD khususnya dialami oleh para penyintas Covid-19.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap bahwa penyintas Covid-19 yang mengalami Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan perubahan gejala.

Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh reaksi imunologi pada tubuh seseorang yang pernah terinfeksi Covid-19.

BACA JUGA:Penderita DBD di Indonesia Tembus 88 Ribu Orang, Ini Rincian di Tiap Kabupaten Kota

Gejala Baru DBD

Berdasarkan laporan yang diterima Kemenkes, gejala DBD yang tidak biasa pada penderita DBD ditemukan di beberapa kota, salah satunya Bandung.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, perbedaan gejala DBD pasca Covid-19 ini masuk dilakukan pengkajian.

Perlu diketahui bahwa bintik merah dan mimisan usai digigit nyamuk Aedes aegypti merupakan gejala klasik yang menjadi pertanda serius DBD.

Gejala yang timbul apabila trombosit kurang dari 100.000 per mikroliter ini akan berkurang pada hari keempat dan kelima, kemudian hilang di hari keenam.

BACA JUGA:Update Kasus DBD, Ini 5 Kabupaten Kota dengan Angka Kematian Tertinggi

Kendati demikian, gejala ini tidak selalu muncul pada penderita DBD di era pascapandemi.

Bukan hanya itu, penderita juga mengalami demam yang tak kunjung reda hingga 10 hari setelah gigitan nyamuk.

Akibat dari hal ini, penyakit DBD sulit diidentifikasi secara kasat mata.

“Jadi orang bisa demam tiga hari kemudian tiba-tiba masuk ke dalam kondisi syok tanpa ada gejala perdarahan," ujar Nadia pada Senin, 6 Mei 2024.

BACA JUGA:Waspada! 70% Kasus DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari Anak Usia SD dan SMP

Namun, alat diagnostik DBD di Indonesia berupa rapid antigen (NSI) tergolong lebih maju sehingga bisa mendeteksi DBD secara akurat, meski gejala klasik tidak muncul.

Sebelumnya, Kemenkes menemukan adanya tren peningkatan kasus demam berdarah pada minggu ke-17 tahun 2024.

Pihaknya mencatat sebanyak 88.593 kasus dengan angka kematian 621 pasien.

"Update data DBD minggu 17 Tahun 2024. Jumlah kasus DBD: 88.593 kasus Jumlah Kematian DBD: 621 kematian," tulis keterangan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI, Jumat 3 Mei 2024 

BACA JUGA:Alhamdulillah, Kasus DBD di Jakarta Selatan April Ini Turun Signifikan

Dikutip dari laman resmi Kemenkes, DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes terutama Aedes aegypti.

Demam dengue merupakan penyakit akibat nyamuk yang berkembang paling pesat di dunia. Gejala atau tanda untuk identifikasi cepat Infeksi dengue dapat menyebabkan infeksi tanpa gejala atau gejala, dengan sekitar 20% menyebabkan gejala.

Secara umum DF adalah penyakit demam sendiri, yang muncul 3-10 hari setelah nyamuk yang terinfeksi menggigit seseorang.

BACA JUGA:Viral Bule Australia Kena DBD saat Liburan di Bali, Demam 39 Derajat Mual Muntah

Fase awal demam:

- Tahap awal infeksi dengue dapat digambarkan sebagai penyakit “mirip flu” ringan dengan gejala yang mirip dengan malaria, influenza, chikungunya dan Zika.

Penyakit ini ditandai dengan: nyeri retro-orbital, demam, sakit kepala hebat, nyeri sendi dan otot yang intens. nyeri, dan mual.

- Ditandai dengan timbulnya demam berat yang cepat yang berlangsung dari 2 sampai 7 hari.

Pada saat ini, dengue dapat dibedakan dari penyakit serupa lainnya dengan menggunakan tes tourniquet.69,70 Sebagian besar pasien DENV dapat untuk pulih sepenuhnya setelah periode demam tanpa memasuki fase kritis penyakit.

BACA JUGA:Pastikan Rumah Bersih Sebelum Mudik, Waspada Jentik di Genangan dan Penampungan Air Cegah DBD

Fase kritis:

- Menunjukkan tanda-tanda peringatan, termasuk sakit perut yang parah, muntah terus-menerus, perubahan suhu yang nyata, manifestasi hemoragik, atau perubahan status mental.

Umumnya, pasien menjadi lebih buruk karena suhu mereka mencapai 37,5-38ºC setelah penurunan drastis jumlah trombosit menyebabkan kebocoran plasma dan syok dan/atau akumulasi cairan dengan gangguan pernapasan; perdarahan kritis, dan kerusakan organ.

Tanda-tanda peringatan hampir selalu terlihat pada pasien sebelum onset syok termasuk kegelisahan, kulit dingin lembab, nadi cepat lemah, dan penyempitan tekanan nadi.

Pasien yang mengalami syok kemungkinan besar kehilangan volume plasma yang besar melalui kebocoran pembuluh darah.

Pasien DSS harus dipantau secara ketat, karena syok hipotensi dapat dengan cepat berubah menjadi gagal jantung dan henti jantung.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads