Jamaah Haji Indonesia Antusias Ikuti Kajian Ustaz asal Riau di Masjid Nabawi

Jamaah Haji Indonesia Antusias Ikuti Kajian Ustaz asal Riau di Masjid Nabawi

Ustaz Ariful Bahri saat mengisi kajian setelah saat Magrib di Masjid Nabawi, Madinah Al Munawarah, Sabtu, 25 Mei 2024. -Tomy Gutomo-Media Center Haji

Ariful Bahri adalah putra Riau. Tepatnya di Kelurahan Air Tiris, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar. Masih 75 km dari Pekanbaru. Ia merupakan lulusan S1-S3 di Universitas Islam Madinah (UIM). 

Ariful Bahri saat ini satu-satunya penceramah di Masjid Nabawi yang berasal dari Indonesia. Sebelumnya pernah ada empat penceramah lain yang menjadi pengisi kajian di masjid yang dibangun Rasulullah itu.

Pernah ada tiga pengisi kajian dari Indonesia dalam era yang sama. Mereka adalah Anas Burhanuddin, Firanda Andirja, dan Abdullah Roy. Setelah era mereka, dua tahun vakum. Tidak ada lagi kajian berbahasa Indonesia di Nabawi. 

BACA JUGA:Pasutri Naik Haji Beda Kloter, Bertemu di Gerbang Romantis Masjid Nabawi

BACA JUGA:Jaga Kesehatan Jemaah Haji, Kemenag: Gak Mesti ke Masjidil Haram, Salat di Semua Tanah Haram Pahalanya Sama!

Baru pada 2019, Masjid Nabawi meminta Universitas Islam Madinah mengirim mahasiswa dari Indonesia untuk mengikuti seleksi sebagai pengisi kajian di Nabawi. "Waktu itu saya sedang pulang ke Indonesia. Tiba-tiba dihubungi disuruh kembali ke Madinah untuk ke Masjid Nabawi," kata Ariful. 

Setelah tes wawancara dengan salah seorang syekh, ada empat mahasiswa Indonesia yang dinyatakan lulus. Dua di antaranya mengundurkan diri. Tinggal Ariful Bahri dan Irsyad Hasan. 

"Kami berdua mengisi kajian berbahasa Indonesia. Saya kebagian setelah Magrib, Ustaz Irsyad sore," kata Ariful Bahri. Namun, Irsyad Hasan tidak lama menjadi pengisi kajian di Masjid Nabawi. Kini tinggal Ariful Bahri pengisi kajian yang WNI. 


Jamaah haji Indonesia berebut berfoto dengan Ustaz Ariful Bahri di Masjid Nabawi. -Tomy Gutomo-Media Center Haji

Masa kecil Ariful Bahri di Kampar di lingkungan Muhammadiyah. Setelah lulus SD, ia melanjutkan sekolah ke Madrasah Tsanawiyah. Saat kelas 3 MTs, ada pondok pesantren baru di kampungnya. Ia keluar dari MTs dan masuk ke pondok tersebut. "Ada yang menawari, gratis. Tapi saya harus mengulang dari kelas 1," kata Ariful. 

Saat kelas 5 (kelas X Madrasah Aliyah), Ariful sudah hafal Alquran. Padahal di pondok itu tidak ada tahfidz atau program menghafal quran. Pihak yayasan menghadiahi Ariful umrah. Ariful lulus sekolah pada 2006. Kemudian 2007 berangkat umrah sebagai hadiah karena menjadi hafidz. 

"Saat di Madinah, saya main ke Universitas Islam Madinah. Lalu ikut tes masuk masuk," kata lulusan Pondok Pesantren Ansor Sunnah, Kampar ini.

Ia terinspirasi salah seorang alumnus dari UIM yang asal Riau. Ariful lolos tes. Setahun kemudian, 2008, ia mulai kuliah di UIM. 

"Saya awalnya S1 mengambil jurusan Quran. Lalu pindah ke Ushuluddin. Kemudian S-2 dan S-3 mengambil jurusan akidah. Akidah ini meliputi perbandingan agama dan firqah," ujar bapak empat anak ini. 

Saat ini, kata Ariful, ada 1.600 mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas Islam Madinah. Mereka semua mendapat beasiswa. "Beasiswanya seribu persen. Tiket pulang ke Indonesia pun ditanggung," paparnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads