Pertamax Oplosan Mencederai Hak Konsumen, Ekonom: Aditif Celah Manipulasi Harga
Sebagai Sebagai kasus Pertamax oplosan tidak hanya menimbulkan kerugian kepada negara, namun juga kepada masyarakat.-reza-
JAKARTA, DISWAY.ID - Kasus pencampuran zat dengan bahan aditif dalam bahan bakar minyak (BBM) Pertamax yang menimpa PT Pertamina Niagra kini masih terus mendapatkan sorotan dari masyarakat.
Sebagai Bahan Usaha Milik Negara (Sebagai ), kasus ini tidak hanya menimbulkan kerugian kepada negara, namun juga kepada masyarakat.
Menurut Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, penambahan aditif dalam BBM tanpa pengungkapan yang transparan kepada publik dan tanpa mekanisme pengawasan yang dapat diakses oleh konsumen jelas merupakan tindakan yang mencederai hak konsumen.
BACA JUGA:Pendaftaran Mudik Gratis BUMN Dahana 2025 Dibuka 3-17 Maret, Cek Syarat dan Cara Daftarnya
BACA JUGA:Real Betis vs Real Madrid 2-1: Antony Ganas, Carlo Ancelotti Ngamuk
"Publik tidak memiliki alat penguji independen untuk memastikan apakah nilai RON yang dibeli benar-benar sesuai dengan standar yang dijanjikan," papar Achmad kepada Disway.id pada Sabtu 1 Maret 2025.
"Akibatnya, masyarakat berada dalam posisi yang dirugikan karena mereka membeli produk yang spesifikasinya tidak dapat diverifikasi secara mandiri," jelasnya.
Selain itu, Achmad juga menambahkan bahwa publik berada dalam posisi lemah dalam menentukan kualitas BBM yang mereka beli.
BACA JUGA:Kades Kohod Resmi Ditahan, Kuasa Hukum Arsin Ajukan Penangguhan Penahanan
Dalam hal ini, tanpa alat penguji independen yang dapat memverifikasi nilai RON BBM, konsumen hanya bisa percaya pada klaim yang diberikan oleh Pertamina.
"Hal ini membuat mereka rentan terhadap praktik manipulasi yang dilakukan oleh penyedia BBM. Oleh karena itu, sangat penting untuk menciptakan sistem pembelian BBM yang lebih adil dan transparan bagi konsumen," pungkasnya.
Selain itu, penambahan aditif juga dapat menjadi celah bagi manipulasi harga.
Dengan menambahkan zat tertentu, bisa saja terjadi skenario di mana bahan bakar dengan kualitas lebih rendah dikemas ulang sebagai bahan bakar dengan kualitas lebih tinggi, lalu dijual dengan harga yang lebih mahal.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: