Antara Nafkah dan Demo, Driver Ojol Tetap On-Bid Demi Keluarga

Aksi demonstrasi ini dilakukan sebagai bentuk aspirasi dari sebagian pengemudi ojek online yang menginginkan perubahan terhadap beberapa kebijakan yang mereka anggap kurang menguntungkan.-disway.id/cahyono-
Cahyono (Driver Maxim, Bandung): "Rezeki nggak bakal datang kalau kita diam. Saya mending cari duit daripada ikut demo yang belum tentu ada hasilnya."
Nurjaya (Driver Gojek, Depok): "Saya kerja buat keluarga, bukan buat ikut-ikutan demo."
Firman (Driver Maxim, Makassar): "Duit nggak turun dari langit, Bro. Kalau saya stop kerja, siapa yang kasih makan anak istri?"
Menariknya, ketika ditanya apakah mereka mengenal Raden Igun Wicaksono, Ketua Umum Garda Indonesia yang menginisiasi aksi ini, sebagian besar driver mengaku tidak mengenalnya.
"Siapa itu? Saya nggak pernah dengar namanya," ujar seorang driver.
Hal ini semakin mempertegas bahwa tidak semua pengemudi merasa terhubung dengan asosiasi tersebut, apalagi merasa diwakili dalam aksi demonstrasi ini.
BACA JUGA:Ini Respons dan Penjelasan Grab Indonesia Soal Tuntutan Ojol Minta Pencairan THR
Dampak Kebijakan terhadap Pengemudi
Menurut data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) BPS, ada sekitar 1,8 juta pekerja di sektor ride-hailing di Indonesia. Regulasi yang tidak tepat dapat berdampak negatif bagi jutaan pengemudi dan keluarga mereka.
Direktur Eksekutif Asosiasi Mobilitas dan Pengantaran Digital Indonesia (Modantara), Agung Yudha, menyatakan bahwa kebijakan yang terlalu ketat dapat berisiko terhadap ekosistem transportasi daring. Jika regulasi tidak mempertimbangkan berbagai perspektif, dampaknya bisa meluas:
Pengurangan jumlah mitra: Platform akan kesulitan beroperasi, mengurangi jumlah driver yang aktif.
Kenaikan harga layanan: Jika beban operasional meningkat, tarif perjalanan bisa ikut naik.
Berkurangnya fleksibilitas kerja: Banyak pengemudi memilih sistem kemitraan karena fleksibilitas yang diberikan.
Potensi tutupnya aplikator: Jika regulasi terlalu membebani, perusahaan bisa terpaksa menghentikan layanan, seperti yang terjadi pada Deliveroo di Spanyol.
"Setiap order adalah harapan bagi driver untuk menghidupi keluarganya. Demo mungkin penting bagi sebagian orang, tetapi bagi banyak pengemudi lain, tetap bekerja adalah pilihan terbaik," kata Agung Yudha.
BACA JUGA:Ini Respons dan Penjelasan Grab Indonesia Soal Tuntutan Ojol Minta Pencairan THR
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: